FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada meluluskan mahasiswa Program Studi Doktor, Puri Swastika Gusti Krisna Dewi, S.E., M.Sc., M.M. dengan predikat Sangat Memuaskan sebagai Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Dalam ujian terbuka di Auditorium FK-KMK UGM pada Rabu, (19/11). Puri Swastika memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Konsep Usia Emas dan Kematian yang Baik bagi Lansia pada Masyarakat Multikultural di Indonesia”.
Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah dengan latar sosial budaya yang berbeda, yakni di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Pulang Pisang, dan Kabupaten Manggarai Barat untuk memahami bagaimana lansia memaknai kebahagiaan di masa tua serta kesiapan menghadapi akhir kehidupan. Proses penelitian dilaksanakan kurang lebih selama dua tahun, yakni sejak November 2022 hingga September 2024.
“Penelitian yang saya lakukan ini meliputi suku Sunda, suku Dayak, dan suku Manggarai dengan agama yang berbeda. Kematian yang baik menurut seluruh suku yang saya teliti diawali dengan hati yang ikhlas dari keluarga maupun dari individu tersebut apabila sudah mempersiapkan terkait usia lanjut ataupun penyakit yang berkepanjangan,” terang Puri Swastika.
Tujuan penelitian yang dilaksanakan oleh Puri Swastika untuk menggali secara mendalam apa yang dianggap sebagai usia emas serta konsep kematian yang baik dalam keberagaman suku, budaya, dan agama di Indonesia, sekaligus mengetahui kebutuhan lansia untuk hidup lebih sejahtera, utuh, dan bermartabat pada masa tuanya. Penelitian ini dilakukan dengan metode exploratory sequential mixed methods design yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara berurutan dalam rentang waktu yang berbeda.
Sebanyak 566 responden terlibat dalam proses ini, terdiri dari 86 peserta wawancara mendalam dan observasi serta 480 responden survei kuantitatif. Data kualitatif dianalisis menggunakan pendekatan tematik, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan uji statistik ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan Pos Hoc Duncan untuk melihat perbedaan antar kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemaknaan antara lansia dan para pendampingnya terkait usia emas maupun kematian yang baik. Ketiga lokasi penelitian memperlihatkan variasi bentuk perawatan gerontik yang memengaruhi pemahaman lansia tentang masa tua yang ideal. Faktor budaya, suku, dan kondisi sosial ekonomi memberikan pengaruh besar terhadap perbedaan konsep tersebut. Namun demikian, penelitian juga menemukan persamaan penting, yakni konsep usia emas dan kematian yang baik antar-lansia lintas agama menunjukkan kecenderungan yang serupa di seluruh wilayah penelitian.
“Kebaruan pada penelitian saya ada dua hal. Satu, hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan yang erat antara keagamaan dengan lansia, apapun agamanya. Lansia memahami kematian yang baik serta konsep usia emas. Yang kedua, dapat kita lihat dalam status ekonomi dan pendidikan yang sama di remote area, namun dapat menghasilkan konsep perawatan dan juga pemahaman terhadap konsep usia emas yang amat berbeda di tiga tempat tersebut.”
Penelitian ini menekankan perlunya peningkatan dukungan pemerintah dalam menyediakan fasilitas, program pelayanan, serta tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi gerontologi. Upaya ini penting agar kebutuhan populasi lansia yang terus meningkat dapat dipenuhi secara menyeluruh. Hal ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama terkait SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas mengenai peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam menyediakan pelayanan terpadu bagi populasi lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Puri Swastika ini menegaskan bahwa pemaknaan usia emas dan kematian yang baik pada lansia sangat dipengaruhi faktor budaya dan sosial ekonomi, namun tetap memiliki kesamaan dalam aspek agama. Temuan ini menjadi dasar penting bagi pemerintah dan institusi kesehatan untuk memperkuat kebijakan dan program layanan lansia agar lebih responsif terhadap kebutuhan multidimensi masyarakat lanjut usia di Indonesia. (Humas/Sitam).




