Mahasiswa FK-KMK UGM Rangkul Pemuda Demangan Bahas Akses Kesehatan yang Inklusif

FK-KMK UGM. Tiga mahasiswa Peminatan Perilaku dan Promosi Kesehatan S2 IKM FK-KMK UGM yang sedang magang di Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FK-KMK UGM dengan lokasi RW 12 Demangan — Nia Lestari Muqarohmah, Muhammad Rizky Perwira Zain, dan Boniy Taufiqurrahman—bersama tokoh pemuda RW 12 Kelurahan Demangan, Ardhi, Resa, dan Rifqi, duduk bersama membahas hal-hal yang dekat dengan kehidupan remaja: dari gaya hidup, tekanan sosial, hingga tantangan menjaga kesehatan pada, Rabu (26/02). Kegiatan ini terselenggara dengan dukungan dari Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FK-KMK UGM, Puskesmas Gondokusuman 1, dan menjadi bentuk kontribusi yang nyata untuk pencapaian SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Diskusi yang dilakukan menyoroti beragam persoalan yang dihadapi pemuda RW 12 Kelurahan Demangan. Salah satunya adalah keinginan untuk mengikuti skrining kesehatan dari puskesmas, namun seringkali terkendala oleh jadwal dan kesibukan. “Kami sebenarnya ingin bisa ikut cek kesehatan, tapi waktunya susah. Skrining sering pas kami sekolah, kuliah, atau kerja, kalau kami pas bisa tapi sudah di luar jam kerja puskesmas” ungkap Ardhi. Hal ini mencerminkan pentingnya layanan kesehatan yang inklusif dan fleksibel bagi semua usia sehingga sejalan dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan dalam mendorong inovasi pelayanan yang adaptif terhadap kebutuhan remaja.

Selain akses, remaja juga menilai bahwa metode edukasi dalam promosi kesehatan perlu disesuaikan. Edukasi tidak bisa hanya dalam bentuk ceramah panjang, remaja butuh visual, peraga, dan gaya penyampaian yang seru. “Kalau edukasinya pakai cara yang kekinian, pasti lebih nyambung dan menarik buat pemuda,” kata Resa. Upaya ini selaras dengan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, yaitu mendorong pendekatan pembelajaran yang relevan.

Masalah lain yang dikemukakan adalah adanya budaya konsumsi minuman manis yang lekat dengan gaya hidup anak muda saat nongkrong. “Kadang minum manis itu bukan karena mau, tapi juga karena ikut-ikutan. Kalau nggak beli, dikira aneh sendiri. Kadang saat nggak beli malah dibelikan sama teman yang biasa jadi donatur kelompok” ujar Rifqi. Kebiasaan ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh sosial terhadap pola konsumsi, dan pentingnya promosi kesehatan berbasis komunitas serta intervensi untuk menekan risiko penyakit tidak menular.  Kegiatan ini sejalan dengan SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.

Tak hanya itu, banyak remaja juga mengaku jarang melakukan aktivitas fisik dan punya kebiasaan begadang karena kesibukan. Gaya hidup sedentari dan pola tidur tidak sehat berisiko menurunkan kualitas hidup jangka panjang. Oleh karena itu, inisiatif promosi gaya hidup aktif perlu dirancang sedekat mungkin dengan kebiasaan dan ruang remaja sehari-hari baik melalui kegiatan komunitas, olahraga ringan, atau kampanye digital yang sesuai dengan remaja, selaras dengan SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan.

“Kami ingin jadi jembatan, bukan hanya datang membawa program jadi. Justru yang kami lakukan adalah mendengar, lalu bersama-sama memikirkan solusi dengan melibatkan pemuda RW 12,” tutur Nia dari tim magang. Pendekatan ini mencerminkan semangat SDG SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh dalam menciptakan ruang partisipatif yang setara bagi pemuda.

Diskusi sederhana yang dilakukan dapat menjadi jalan pembuka menuju upaya promosi kesehatan yang lebih dekat dengan kehidupan remaja di RW 12 Kelurahan Demangan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari obrolan kecil, selama semua pihak mau mendengar dan bertindak bersama. Dengan memahami budaya setempat, mendekat pada gaya hidup anak muda, dan memperkuat dukungan dari komunitas, pemuda RW 12 tengah merintis langkah kecil menuju tujuan besar: masyarakat yang sehat, aktif, dan berdaya. (Kontributor: Nia Lestari Muqarohmah).