FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada meluluskan mahasiswa Program Studi Doktor, Arief Tarmansyah Iman, S.KM., M.KM, dengan predikat Cumlaude dalam ujian terbuka di Auditorium Lantai 8 Gedung Tahir Foundation FK-KMK UGM pada Selasa, (11/02). Arief Tarmansyah Iman memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Health Crisis Risk Monitoring Information System (HaRMoniS) Suatu Sistem Informasi Monitoring Upaya Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan Di Kabupaten Tasikmalaya.”
Arief Tarmansyah memaparkan bahwa penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model sistem informasi yang dapat digunakan oleh dinas kesehatan dan puskesmas guna memantau kesiapsiagaan serta meningkatkan kapasitas dalam fase pra-bencana. Penelitian ini dirancang dengan metode action research, yang mencakup pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi situasi dan analisis kebutuhan, sementara pendekatan kuantitatif diterapkan dalam evaluasi sistem.
Selain itu, penelitian ini juga mengadopsi metode penelitian dan pengembangan dengan pendekatan Framework for the Application of Systems Thinking (FAST) dalam tahap perencanaan dan implementasi sistem. Sebanyak 19 stakeholder serta 39 petugas puskesmas dan dinas kesehatan berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan beberapa permasalahan utama dalam kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan, yaitu keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, sarana prasarana, serta belum adanya kebijakan dan prosedur yang optimal.
Dari sisi kebutuhan pengguna, sistem informasi yang dikembangkan harus mampu menyediakan fitur pemantauan kejadian kebencanaan dan mitigasi, penyajian informasi dalam bentuk pemetaan dan grafik, serta terintegrasi dengan sistem peringatan dini BMKG. Selain itu, aksesibilitas sistem yang fleksibel dengan multi-pengguna dan kompatibel di berbagai platform menjadi aspek penting yang diharapkan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, dikembangkanlah sistem informasi berbasis web bernama HaRMoniS.
HaRMoniS merupakan sistem yang dirancang untuk memenuhi ekspektasi pengguna dengan menyediakan fitur-fitur strategis yang mendukung pemantauan dan pengambilan keputusan berbasis data dalam penanggulangan krisis kesehatan. Setelah melalui serangkaian pengujian, Harmonis telah berhasil diimplementasikan di dinas kesehatan dan 40 puskesmas di Kabupaten Tasikmalaya. Hasil evaluasi usability menggunakan Post-Study System Usability Questionnaire (PSSUQ) menunjukkan bahwa sistem ini memperoleh hasil sangat baik dalam empat aspek utama, yaitu kegunaan, efisiensi, kepuasan pengguna, dan keandalan.
“Ketika kami mengembangkan sistem ini (HaRMoniS), tentunya diharapkan sesuai standar. Ada pengujian-pengujian secara internal dan eksternal untuk menjadi sistem yang baik. Untuk ke depannya, kami bersama mitra untuk mengevaluasi hasil implementasi yang sudah dilakukan, memberikan rekomendasi termasuk policy brief kepada pimpinan untuk membuat regulasi kebijakan dinas kesehatan agar bisa mengimplementasikan sistem ini dan diberikan secara utuh.”
Dengan hadirnya sistem Harmonis, kesiapsiagaan wilayah dalam menghadapi potensi krisis kesehatan dapat ditingkatkan melalui monitoring bahaya, kerentanan, serta cakupan kapasitas di tingkat kabupaten maupun puskesmas. Informasi yang dihasilkan dari sistem ini juga dapat menjadi landasan dalam mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat guna dalam situasi darurat. Keberlanjutan implementasi Harmonis memerlukan dukungan kebijakan dari pimpinan dinas kesehatan dan puskesmas agar sistem ini dapat secara efektif diterapkan dalam program penanggulangan krisis kesehatan.
“Di tingkat puskesmas, memang beban kerja terutama untuk mengisi sistem informasi itu banyak. Untuk HaRMoniS di puskesmas lebih banyak dipegang oleh pemegang program surveilans, karena sudah terbiasa dengan mengisi data dan melakukan pemantauan,” terang Arief Tarmansyah.
Arief Tarmansyah menyampaikan melalui inovasi ini diharapkan dapat mendukung sistem kesehatan dalam mengurangi dampak krisis kesehatan akibat bencana, serta sistem kesehatan di Indonesia semakin tangguh dalam menghadapi bencana. Dengan demikian, upaya mitigasi risiko kesehatan dapat berjalan lebih optimal dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat yang berada di daerah rawan bencana Sehingga selaras dengan SDGs, khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Humas/Sitam).