FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) melalui mahasiswa magangnya mendukung Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menyelenggarakan kegiatan pemetaan dan evaluasi persebaran ambulans sebagai bagian dari pelayanan gawat darurat. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Anita dan Feby, mahasiswa magang yang bekerja di bawah supervisi Seksi Pelayanan Kegawatdaruratan, Krisis Kesehatan, dan Kesehatan Khusus Dinkes DIY, selama periode 4 Februari hingga 10 Maret 2025.
DIY merupakan daerah dengan tingkat kunjungan wisata tinggi dan geografi yang beragam. Dari wilayah pesisir hingga pegunungan yang menuntut keberadaan layanan ambulans yang cepat, responsif, dan merata. Melalui pemetaan yang menggunakan data primer dari wawancara sopir ambulans di sekitar Apartemen Melati serta data sekunder dari aplikasi ASPAK dan RS Online, dilakukan identifikasi jumlah dan distribusi ambulans berdasarkan institusi penyedia, seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, PMI, hingga PSC 119.
Hasil pemetaan menunjukkan bahwa wilayah perkotaan seperti Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki konsentrasi ambulans yang tinggi, sementara daerah seperti Gunungkidul dan Kulon Progo relatif tertinggal. Sleman tercatat memiliki 191 ambulans, sedangkan Kulon Progo hanya 79 unit. Meski jumlah ambulans di lima kabupaten/kota DIY terbilang mencukupi, distribusi tidak merata dan belum menjangkau seluruh wilayah terdampak risiko bencana atau kecelakaan wisata.
Jenis ambulans paling dominan adalah ambulans transportasi (452 unit), sementara ambulans jenazah berjumlah 145 unit. Ketimpangan ini berdampak pada respons time ambulans, yang mempengaruhi keselamatan pasien dalam situasi kritis, terutama di daerah yang secara geografis sulit dijangkau dan jauh dari rumah sakit rujukan.
Berdasarkan hasil observasi, disarankan beberapa langkah strategis, seperti pemetaan ulang lokasi ambulans, penambahan unit di zona rawan, pelibatan ambulans desa dan relawan, serta penguatan sistem komando SPGDT (119 DIY). Diperlukan pula pelatihan SDM, peningkatan koordinasi lintas institusi, dan edukasi masyarakat tentang akses layanan darurat.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, dengan memastikan layanan kesehatan darurat tersedia secara merata, inklusif, dan responsif tanpa diskriminasi.
Selain itu juga selaras denganSDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 5: Kesetaraan Gender dengan melibatkan mahasiswi dalam pelaksanaannnya. Serta SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, karena pemerataan layanan ambulans menjadi krusial untuk menjamin setiap warga agar dapat mengakses layanan penyelamat jiwa secara cepat dan tepat. (Kontributor: Anita Citra Pramesti, Feby Aulia Nadziroh, Ema Madyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D.).