Mahasiswa FK-KMK Raih Juara 2 Nasional Olimpiade PTBMMKI

FK-KMK UGM. Mahasiswa Program Studi Kedokteran FK-KMK UGM kembali menuai prestasi dalam Olimpiade PTBMMKI Cup 2023 yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung. Syifa Choerunisa Aisyah, Indy Alifia Balqis, serta Melinda Natasya Amalia berhasil meraih juara 2 nasional setelah menyelesaikan lomba cerdas cermat dan simulasi kegawatdaruratan. Kegiatan ini sesuai dengan implementasi SDGs 4 yaitu Pendidikan Berkualitas.

Ketiganya dipertemukan dalam BSO (Badan Semi Otonom) TBMM (Tim Bantuan Medis Mahasiswa) FK-KMK UGM. Karena sering mengikuti kegiatan bersama, akhirnya mereka memutuskan membentuk tim untuk mengikuti olimpiade Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI). Tiga srikandi perempuan yang berprestasi ini sesuai dengan SDGs 5 Kesetaraan Gender dalam pemberdayaan perempuan di bidang pendidikan.

Berdasarkan pengakuan Indy, keikutsertaan mereka dalam olimpiade ini awalnya hanya iseng. Babak penyisihan yang bertepatan dengan kegiatan BSO membuat mereka tidak memiliki waktu untuk belajar maksimal. “Makanya kami kaget waktu akhirnya masuk ke final. Tidak menyangka karena ikut lomba ini hanya iseng, persiapan juga tidak maksimal,” ungkap Indy.

Melinda menjelaskan bahwa persiapan yang mereka lakukan adalah membagi materi berdasarkan silabus yang diberikan panitia. “Kami juga mencari dosen pembimbing yang akan membantu tim dalam belajar,” tambahnya.

Meski proses babak penyisihan hingga persiapan final bersamaan dengan jadwal ujian dan kegiatan lain, ketiganya tidak merasa terbebani. “Selain dimudahkan dengan strategi pembagian materi, latihan untuk simulasi kegawatdaruratan juga terasa lebih ringan karena kami sudah sering berlatih di TBMM,” jelas Indy. Jadwal padat dari masing-masing anggota tim juga tidak dijadikan beban. “Karena bukan tipe orang yang bisa begadang, saya bangun pagi lebih awal untuk belajar,” terang Syifa.

Selain waktu yang padat, tim ini sempat menemui beberapa kendala dalam proses perlombaan. Misalnya, jadwal babak penyisihan yang tiba-tiba diundur oleh panitia. Ketiganya mengaku terkejut dengan informasi yang cukup mendadak. Namun, mereka segera menanggapi dengan positif. “Jeda waktu yang diundur kami manfaatkan untuk memperdalam materi,” jelas Indy.

Syifa bercerita bahwa pengalaman menarik yang didapatkan dari keikutsertaannya dalam olimpiade adalah bertemu dengan banyak delegasi dari berbagai universitas. “Selain itu, karena ada rangkaian acara lain selain lomba, pengalaman yang didapatkan jadi lebih menarik,” tambahnya.

Dengan mengikuti lomba, Indy mengaku bahwa akhirnya sadar bahwa ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum benar-benar menjadi dokter, selain yang diajarkan di perkuliahan. “Harapannya, saya tidak akan kaget jika di jalan mendapati kasus gawat darurat yang harus ditolong,” jelasnya.

Menurut Syifa, kemampuan seseorang tidak hanya diukur dari nilai. Jadi, apapun hasil dari perlombaan, jangan jadikan nilai sebagai patokan. Keahlian dalam menangani kasus kegawatdaruratan juga bukan ilmu yang bisa dikuasai dalam 1x latihan. “Butuh banyak latihan dilakukan hingga akhirnya bisa menguasai,” Syifa menambahkan.

Melinda menambahkan, ikut dalam olimpiade juga bisa membuat mereka selangkah lebih maju daripada teman lainnya. Materi yang dilombakan belum dibahas terlalu detail dalam perkuliahan. Namun, mereka harus mempelajari materi tersebut secara mandiri sebagai persiapan lomba. “Daripada menganggapnya sebagai beban, kami justru memandang hal ini sebagai sesuatu yang menarik,” tambahnya. (Nirwana/Reporter:editor Annisa NH).