Lulus Doktor Usai Kaji Kalkulasi Faktor Risiko Kanker Payudara

FK-KMK UGM. Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling banyak diderita perempuan. Berdasarkan data tahun 2018 diperkirakan terdapat 11,6% atau 2,088,849 kasus baru dan 6,6% atau 626,679 kasus akan berakhir dengan kematian (Bray et al, 2018). Data Indonesia diketahui terdapat 3 provinsi dengan prevalensi kanker payudara tertinggi yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2,4‰ atau 4.325 kasus), Kalimantan Timur (1,0‰ atau 1.879 kasus) dan Sumatera Barat (0,9‰ atau 2.285 kasus).

Faktor pertama, kematian penderita kanker payudara cenderung tinggi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengenali risiko dan mengidentifikasi gejala yang dimiliki secara dini. Oleh karenanya, gejala tersebut baru bisa terdeteksi di stadium lanjut. Faktor kedua, belum adanya model prediksi yang mengidentifikasi risiko kanker payudara pada wanita di Indonesia.

Kedua kondisi tersebut kemudian yang melatarbelakangi dr. Ricvan Dana Nindrea untuk mengkaji kalkulasi  faktor risiko kanker payudara untuk membantu peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengenali risiko kanker payudara di Indonesia.

“Jika dilihat kejadian kanker payudara bersifat multifaktorial. Faktor risiko tersebut dibedakan menjadi faktor risiko non modifiable antara lain usia, jenis kelamin, faktor genetik (5-7%), usia menarche, usia menopause, usia saat pertama kali hamil, paritas, riwayat keluarga menderita kanker payudara, riwayat penyakit kanker terdahulu, penyakit payudara proliferatif. Sedangkan faktor risiko modifiable terdiri dari penggunaan terapi sulih hormon, laktasi, penggunaan kontrasepsi oral, alkohol, indeks massa tubuh, merokok, aktifitas fisik dan diet tinggi lemak serta diet tinggi kalori, “ papar dr. Ricvan saat menjalani ujian terbuka program Doktor, Selasa (29/9) secara daring.

Penelitian yang menggunakan desain case control study di RSUP Dr. M.Djamil Padang, RS Kanker Dharmais, dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan menggunakan sampel 1000 orang penderita dan 1000 orang bukan penderita kanker ini berhasil menghantarkannya meraih gelar Doktor di FK-KMK UGM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kalkulasi faktor risiko kanker payudara berorientasi Machine Learning ini dikategorikan cukup baik dalam mengklasifikasikan risiko kanker payudara di Indonesia. (Wiwin/IRO)

Berita Terbaru