Kurang Paparan Matahari, Waspadai Peningkatan Kasus Alergi

FK-KMK UGM. Alergi dan kekurangan vitamin D cenderung mengalami peningkatan beberapa tahun ini di hampir seluruh negara. Peningkatan kasus alergi ini dihubungkan dengan rendahnya kadar vitamin D akibat pergeseran budaya masyarakat yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam ruangan sehingga kurang mendapatkan paparan sinar matahari dan rendahnya produksi vitamin D di kulit. Hal ini ditegaskan, dr. Sri Wahyu Herlinawati, SpA., M.Kes, Kamis (25/10) saat menjalani sidang ujian terbuka program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK UGM) di ruang Auditorium Pascasarjana.

“Reaksi alergi dapat mempengaruhi hampri semua jaringan atau organ dalam tubuh. Manifestasi klinis umum dari alergi di antaranya adalah asma bronkial, rhinitis alergi dan dermatitis atopik. Alergi tersebut berdampak pada kualitas hidup anak seperti keterbatasan aktivitas belajar dan bermain, sulit berkonsentrasi hingga sulit tidur”, ungkapnya.

Penelitian yang dilakukan terhadap 30 subyek dengan faktor risiko alergi (atopi) ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin D anak atopi, mengetahui pajanan sinar matahari terhadap kadar vitamin D dan mengetahui pengaruh vitamin D dari pajanan sinar matahari terhadap kadar IL4 dan IgE total pada anak dengan faktor risiko alergi.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemberian perlakuan pajanan sinar matahari pada anak dengan faktor risiko alergi (atopi) meningkatkan kadar vitamin D secara signifikan dan peningkatan kadar vitamin D dari pajanan sinar matahari tidak secara signifikan mempengaruhi kadar IL4 dan IgE total pada anak dengan faktor risiko alerti (atopi).

Atopi merupakan kecenderungan secara genetik pada seeseroang untuk membentuk penyakit alergi seperti dermatitis atopic, asma bronchial maupun rhinitis alergi. Vitamin D dalam tubuh berfungsi sebagai imunomodulator yang dimediasi oleh reseptor vitamin D yang terdapat pada berbagai sel tubuh dan pada sel-sel imun. Penelitian yang dipromotori oleh Prof.dr. Mohammad Juffrie, SpA(K)., PhD ini berhasil mengantarkan dr. Sri Wahyu meraih gelar Doktor ke-4.237 UGM. (Wiwin/IRO).