Kuliah tamu: Berbagi Pengalaman Ilmu Genetik

FK-KMK UGM. Sebagai negara dengan populasi yang terdiri dari berbagai etnis, ilmu genomik populasi semakin populer dan diminati di Malaysia. Selain etnis mayoritas seperti Melayu (63%) dan Cina (28%), masyarakat Malaysia juga terdiri dari etnis India (8%) dan bahkan etnis lain termasuk Aborigin (1%). Dengan etnis yang sangat kaya, maka genetik masyarakatnya pun sangat beragam. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri untuk mempelajari penyakit-penyakit genetik, seperti yang dijelaskan oleh Prof. Zilfalil Bin Alwi MBBS, MSc, MMed (Paeds), Ph.D pada kuliah tamu berjudul Genetic and Genomic in Developing Countries: the Malaysian Experiences. Kuliah tamu ini diselenggarakan oleh Prodi S2 Ilmu Kedokteran Klinik berkolaborasi dengan Departemen Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium FK-KMK UGM pada hari Rabu, 12 Desember 2018 di Ruang Kuliah 2 Gedung Pascasarjana Lantai 2 FK-KMK UGM.

Selain karena etnis yang sangat beragam, perkembangan ilmu genetik dan genomik di Malaysia juga disebabkan oleh negaranya yang semakin berkembang. Dibanding masa lampau di mana penyakit menular masih menjadi masalah besar, saat ini lebih banyak ada ketertarikan penelitian untuk penyakit tidak menular (PTM) yang tentunya memiliki banyak latar belakang genetik, seperti diabetes mellitus (DM) dan hipertensi.

Maka dari itu, hingga saat ini semakin banyak pusat-pusat penelitian tentang genetik yang muncul di Malaysia, terutama karena pemerintah Malaysia juga mendukung berkembang ilmu ini. Dari unit genetik Malaysia yang paling tua yang terdapat di Institute of Medical Research hingga yang paling baru, yaitu UKM Molecular Biology Institute. Tidak hanya itu kedokteran, ilmu genetik juga sangat berkembang di bidang lain seperti agrikultur, tentunya juga karena agrikultur di Malaysia memiliki banyak latar belakang genetik dari berbagai tempat. Ini sesuai dengan komitmen pemerintah Malaysia untuk membuat Malaysia sebagai pelopor di industri bioteknologi di Asia terutama untuk pelayanan kesehatan, agrikultur, dan industri.

Pada kuliah umum ini, Prof. Zilfalil Bin Alwi juga menekankan tentang berkembangnya ilmu personalized medicine, dimana alat diagnostik hingga terapi dibuat spesifik mungkin untuk tiap individu pasien berdasarkan profil genetik pasien tersebut. Ilmu genomik populasi tentu mengambil peran besar pada perkembangan ini. Institut-institut penelitian genetik yang sudah ada saat ini juga menyediakan layanan bioinformatika, dimana mereka bisa menyimpan data-data genotipe pasien dan populasi pada suatu database yang nantinya bisa digunakan saat era personalized medicine sudah semakin berkembang. Untuk saat ini, institut-institut genetik di Malaysia sudah menyediakan layanan seperti diagnosis genetik pre-natal dan pre-implantasi yang dapat membantu mendiagnosis janin dengan defek genetik dari orang tua yang merupakan karier dari suatu kondisi genetik tertentu.

Bahkan, sekarang di Malaysia berbagai tes genetik over-the-counter dan online sudah naik daun. Perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat dan Eropa ini menyediakan layanan seperti genomic sequencing dan yang paling banyak diminati adalah tes keturunan dan hubungan (seperti mengonfirmasi apakah orang X memang benar anak dari orang Y). Perusahaan-perusahaan yang lebih komersial dibanding ilmiah ini bahkan juga menyediakan konseling genetik. Padahal, menurut Prof. Zilfalil Bin Alwi, sebagai ahli genetik, kita masih jauh dari mengetahui secara pasti apakah kita akan mendapatkan suatu penyakit tertentu nantinya lewat profil genetik.

Ilmu genetik dan genomik memang merupakan ilmu yang sangat berkembang dan maju, dan dapat membuka manusia kepada berbagai kesempatan-kesempatan yang sebelumnya tidak ada. Meski begitu, Prof. Zilfalil Bin Alwi menekankan bahwa perkembangan ini harus sangat hati-hati agar tidak menyalahi etis dan dianggap sebagai penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi, contohnya untuk kasus-kasus kontroversial seperti orang tua yang ingin bisa memilih jenis kelamin dari bayinya dengan memanfaatkan ilmu genetik. (Keisha/Reporter)