FK-UGM. Doktor Fakultas Kedokteran UGM mengembangkan penelitian mengenai peran alergi kontak nikel dan beberapa faktor risiko pada Dermatitis Numularis (DN). DN merupakan peradangan atau penyakit kulit yang bersifat kronik dan kumat-kumatan, dan sampai saat ini patogenesisnya belum jelas. Implikasi dari hal ini terhadap kekambuhan DN merupakan hal penting untuk diteliti, mengingat penderita sangat terganggu dengan kondisi kulitnya. Beberapa kemungkinan faktor yang mempengaruhi timbulnya DN adalah peran hipersensitivitas terhadap nikel, serta gangguan sawar kulit, peran infeksi, dan stres psikologis.
[slideshow_deploy id=’14983′]
“Alergi terhadap nikel merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap timbulnya dermatitis numularis yang ditunjukkan dari hasil uji tempel, indeks stimulasi limfosit dan kadar IFN-gamma. Selain itu, kecemasan dan depresi juga merupakan faktor risiko pada DN,” papar staf Departemen Dermatologi dan Venerologi Fakultas Kedokteran UGM, Dr. dr. Niken Indrastuti, SpKK(K) saat mengikuti ujian terbuka program Doktor, Selasa (28/2) di gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM dengan promotor Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, SpKK(K).
Penelitian pada 84 subyek dengan durasi penelitian bulan November 2015-April 2016 yang bertujuan untuk membuktikan alergi kontak nikel dan berbagai faktor lainnya pada kejadian DN ini akhirnya berhasil mendapatkan beberapa poin kesimpulan. Pertama, terdapat bukti bahwa alergi terhadap nikel berperan sebagai faktor risiko timbulnya DN yang ditunjukkan dari hasil uji tempel, indeks stimulasi limfosit dan kadar IFN-gamma. Kedua, stres psikologis terbukti menjadi faktor risiko timbulnya DN. Ketiga, kekeringan kulit tidak menjadi faktor risiko DN. Sedangkan poin keempat, infeksi streptococcus tidak menjadi faktor risiko timbulnya DN.
Untuk pengembangan penelitian lanjutan, Niken Indrastuti menambahkan bahwa pemeriksaan klinis bagi penderita DN perlu juga dilengkapi dengan pemeriksaan alergi terhadap nikel. “Pada penderita DN –pun masih perlu dilakukan telaah psikologis khususnya aspek kecemasannya dengan menggunakan skor kecemasan (BAI)”, imbuh peraih gelar Doktor UGM ke-3.506 ini. (Wiwin/IRO; Foto: Dian/IRO)