FK-KMK UGM. Seksio sesarea, atau operasi caesar, adalah prosedur yang digunakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan bedah di perut dan rahim ibu. Metode ini diyakini sebagai metode persalinan yang aman untuk kasus plasenta akreta. Plasenta akreta adalah kondisi plasenta tumbuh terlalu dalam ke dalam dinding rahim dan tidak terlepas secara normal setelah melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat selama persalinan, sehingga memerlukan penanganan medis khusus. Ahli anestesi berperan penting dalam memberikan pengalaman persalinan yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi ibu hamil serta memastikan kondisi operasi yang optimal bagi dokter spesialis kandungan pada saat seksio sesarea. Seksio sesarea dengan plasenta akreta dilakukan dengan anestesi umum karena kekhawatiran akan ketidakstabilan hemodinamik dan kemungkinan kebutuhan transfusi yang besar. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada pasien yang sehat dan memiliki risiko plasenta akreta yang kecil, maka teknik anestesi neuraksial dapat dipilih. Dalam beberapa kasus, teknik ini berganti menjadi anestesi umum, seperti yang terjadi pada 28% kasus anestesi epidural saat histerektomi. Menurut American Society of Anesthesiologist (ASA), teknik anestesi yang disarankan meliputi anestesi neuraksial, baik spinal, epidural, combined spinal epidural, ataupun combined epidural general anesthesia.
Tim dari Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-KMK UGM yang terdiri dari dr. Wulan Fadinie, Sp. An-TI, dr. Ratih Kumala Fajar Apsari, Sp. An-TI, Subsp. AO (K), Dr. dr. Yusmein Uyun, Sp. An-TI, Subsp. AO (K), dr. Yunita Widyastuti, Sp. An-TI, Subsp. AP (K), M.Sc., Ph.D., dan Dr. dr. Juni Kurniawaty, Sp. An-TI, Subsp. AKV (K), M.Sc., telah melakukan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif untuk mengetahui hubungan kegawatdaruratan dengan teknik anestesi pada plasenta akreta di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini berlangsung dari Januari 2020 hingga Mei 2023 dan dipublikasikan di Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia tahun 2024 (JAOI 2024;7(1):9-12).
Penelitian ini melibatkan 200 pasien dengan diagnosis plasenta akreta. Analisis data menunjukkan bahwa pada kondisi kegawatdaruratan, anestesi umum lebih banyak digunakan, sementara pada kondisi elektif, anestesi neuraksial lebih sering dipilih. Anestesi neuraksial menawarkan manfaat membatasi paparan janin terhadap anestesi, menghindari risiko intervensi jalan napas pada ibu bersalin, mencegah kontribusi anestesi pada atonia uteri, dan memungkinkan ibu untuk merasakan proses persalinan. Anestesi neuraksial juga memungkinkan pemberian opioid neuraksial untuk membantu analgesia pascaoperasi.
Pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan teknik anestesi berupa anestesi umum dan neuraksial dipengaruhi oleh kondisi kegawatdaruratan seksio sesarea dengan plasenta akreta, selain juga dipengaruhi faktor-faktor lain meliputi indikasi dalam pemilihan tindakan, pilihan pasien dan dokter kandungan, dan kemampuan dokter anestesi. Penelitian tersebut memberikan pandangan dalam mencapai pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goal (SDG) poin 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera. (Penulis: Irham Hanafi, Wulan Fadinie; Editor: Vincent; Foto: unsplash.com)