FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan Annual Scientific Meeting (ASM) dengan tema “Inovasi Pengembangan Obat, Produk Biologis, dan Alat Kesehatan untuk Mendukung Ketahanan Pelayanan Kesehatan” pada Sabtu (4/3) di Auditorium FK-KMK UGM.
Dalam kegiatan ini hadir (Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI), Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS memaparkan topik “Transformasi dan Kebijakan terkait Pengembangan Obat, Produk Biologis, dan Alat Kesehatan di Indonesia”. Dirinya mengatakan bahwa pandemi menciptakan kondisi yang sangat rentan karena tidak bisa memproduksi obat dan alat kesehatan secara mandiri. Hingga pada akhirnya kondisi tersebut justru mendorong kita untuk berupaya mengembangkan kemandirian. “Saat pandemi kemarin, belanja vaksin kita mencapai triliunan, sudah saatnya kita punya kemandirian dalam pembuatan vaksin,” jelas Lucia.
Menurut Deputi Kepala Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Dr. Eng Agus Haryono ada beberapa masalah yang terus muncul dalam upaya kemandirian pengembangan obat. “Salah satu masalah terbesar yang kita hadapi adalah biaya uji klinis obat dan biaya produksi alat kesehatan yang cukup besar,” terang Agus. Dirinya menambahkan bahwa dalam upaya ini perlu kolaborasi dari berbagai pihak untuk mempercepat hilirisasi.
dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH (Dekan FK-KMK) mengungkapkan bahwa kemampuan setiap negara dalam produksi vaksin berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia berusaha mengembangkan vaksin secara mandiri untuk segera meningkatkan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. “Dengan pertumbuhan ekonomi yang bisa cepat pulih, maka negara juga akan recovery lebih cepat dari pandemi Covid-19,” tambahnya. (Nirwana/Reporter)