Kisah Inspiratif Yudiselis Insowi Kurni, Mahasiswa Asal Biak Papua yang Lolos Kuliah Keperawatan FK-KMK UGM

Yudiselis Insowi Kurni merupakan putri daerah Papua yang berhasil meraih mimpi menjadi mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada, tepatnya di Prodi Ilmu Keperawatan FK-KMK UGM

Yudiselis Insowi Kurni merupakan putri daerah Papua yang berhasil meraih mimpi menjadi mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada, tepatnya di Prodi Ilmu Keperawatan FK-KMK UGM. Ia lahir dari pasangan Ricky Deminianus Kurni, seorang staf Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Biak dan seorang ibu rumah tangga bernama Eva Rumpaidus. Sejak kecil, mahasiswa kelahiran 27 September 2007 itu adalah sosok yang rajin dan bekerja keras dalam belajar untuk mewujudkan cita-citanya sebagai seorang perawat. 

Setelah lulus dari SMA Negeri 2 Mansoben, Yudiselis berencana ingin berkuliah di program studi keperawatan. Alasan ia memilih program studi tersebut karena Yudiselis merasa bahwa untuk dapat mewujudkan cita-citanya, diperlukan pendidikan tinggi yang relevan. Semula, ia sempat merasa bingung untuk memilih universitas mana yang cocok untuk dirinya melanjutkan studi. Berkat dukungan dari guru SMA-nya, Yudiselis memilih untuk mengikuti pendaftaran mahasiswa baru di UGM melalui jalur Afirmasi.

Saat pendaftaran, Yudiselis mendaftarkan diri melalui jalur nilai rapor sebagai pertimbangan seleksi. Tepat pada 19 Juli 2025, ia dinyatakan lolos dan menjadi mahasiswa baru di Program Studi (Prodi) Keperawatan FK-KMK UGM. Selain itu, ia juga mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua berupa bantuan UKT.

Lebih lanjut, jalur afirmasi merupakan jalur pendaftaran yang menjunjung tinggi komitmen UGM terhadap Tridharma pendidikan. Jalur pendaftaran ini memprioritaskan kesempatan bagi anak bangsa yang berasal dari daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Selain itu, pada jalur afirmasi, UGM dan Pemerintah Provinsi Papua telah menjalin kerja sama dan komitmen serius untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. 

“Pada proses pendaftaran, saya mengikuti jalur afirmasi dari pemerintah Papua. Dengan memasukan nilai rapor, semula saya tidak yakin bisa lolos di universitas terbaik ini. Puji Tuhan, pada saat pengumuman, saya dinyatakan lolos,” kata Yudiselis. 

Di balik keyakinan untuk berkuliah di Jawa, Yudiselis mengaku sempat merasa ragu sebelum menjalani perkuliahan. Didukung dengan dorongan emosional orang tua, ia diyakinkan untuk mengejar cita-citanya sejak kecil sebagai seorang perawat. Orang tuanya turut memotivasinya untuk berkuliah di UGM, karena merupakan kesempatan yang paling berharga yang layak diperjuangkan.

“Orang tua saya memotivasi saya bahwa dengan berkuliah di UGM, cita-cita saya sudah semakin dekat,” kata Yudiselis.

Yudiselis mengatakan, motivasi dari orang tua akan memudahkan dirinya untuk dapat menggapai cita-citanya sebagai seorang perawat. Selain itu, ketika ia kelak lulus dari UGM, ia berencana untuk kembali ke Papua untuk mengabdi dan memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Keyakinannya untuk kembali ke Papua pasca pendidikan ini dilatarbelakangi oleh minimnya pemerataan tenaga kesehatan di Papua.

“Saya merasa dan melihat minimnya tenaga kesehatan di Papua, menjadi dorongan saya untuk giat belajar dan kelak kembali untuk mengabdi,” ujar Yudiselis.

Sebuah keinginan dan cita-cita mulia lahir dari perjalanan hidup sederhana Yudiselis di Papua. Pada proses belajar pertama di perkuliahan, ia sempat merasa kesulitan memahami materi dan cara belajar di UGM. Namun, ia tidak pantang menyerah. Ia mengaku perlu banyak keinginan untuk dapat belajar lebih dari pembelajaran di kelas, untuk dapat beradaptasi di ekosistem pembelajaran UGM. 

“Saya sempat kesulitan menghadapi materi yang diajarkan di kelas, tetapi saya mengingat mimpi dan pesan orang tua saya, sehingga saya tidak akan menyerah dalam belajar,” kata Yudiselis.

Perjuangan yang cukup inspiratif dari Yudiselis membuktikan bahwa selagi ada kemauan untuk belajar, maka banyak kesempatan yang akan terbuka. Ia memberikan pesan kepada putra-putri bangsa untuk terus semangat memperjuangkan cita-cita dan jangan lupa untuk dapat kembali mengabdi di tempat kita dilahirkan.

Selain itu, dengan menempuh studi Keperawatan di FK-KMK UGM dan bercita-cita untuk mengabdi di Papua, perjuangan Yudiselis turut mengambil bagian dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya poin 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan poin 4: Pendidikan Berkualitas. Studi Yudiselis membuka akses terhadap pendidikan dan keterampilan keperawatan di Papua serta berkontribusi dalam menurunkan angka kematian di Papua. (Reporter: Tedy)