Kepemimpinan Kolektif Untuk Kesehatan Ibu dan Anak

FKKMK-UGM. Kesehatan Ibu dan Anak masih menjadi permasalahan kesehatan yang mendesak di Indonesia. Pada tahun 2015, angka kematian ibu 305/100.000 kelahiran. Sedangkan untuk angka kematian bayi sebanyak 32/1.000.

Berbagai upaya maupun inovasi untuk menurunkan kematian ibu dan bayi (AKI) sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, hasil yang diperoleh belum terlihat jelas. Menanggapi fenomena ini, kelompok kerja Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Annual Scientific Meeting (ASM) 2018, menyelenggarakan seminar bertajuk:”Kepemimpinan Kolektif untuk Menunjang Keberhasilan Zero Maternal and Neonatal Mortality,” di ruang Theater gedung perpustakaan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Rabu (4/4).

Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan RI, Eni Gustina, MPH., dalam kesempatan ini memaparkan mengenai permasalahan dan isu-isu strategis global serta nasional dalam pelayanan KIA dan tantangan SDG’s. Eni Gustina juga kembali mengingatkan bahwa pemerintah sudah mencanangkan program Indonesia Sehat, yang berfokus pada: standar pelayanan minimal, pendekatan keluarga, dan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS).

Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ke depan ini memang dirancang untuk lebih menekankan pentingnya jiwa kepemimpinan dan pembelajaran organisasi, agar upaya inovasi untuk menurunkan AKI bisa berjalan dengan baik. Dalam konteks pengembangan kepemimpinan, kemampuan Strategic Leadership and Leaning Organization (SLLO) merupakan hal penting dalam proses tersebut.

Pemahaman SLLO tidak hanya memberikan kemampuan kepemimpinan tentang pemikiran sistem yang melibatkan pembelajaran tim, penguasaan pribadi, visi bersama, dan model mental dalam sistem KIA. Akan tetapi, dalam forum seminar ini, peserta juga diajak untuk menerapkan berbagai inovasi layanan rujukan KIA yang akan disesuaikan dengan program layanan KIA di setiap wilayah.

“Sekarang kita harus mulai mengubah cara berpikir dari plan and output ke sense and response. Deteksi masalah, kemudian segera ditindaklanjuti. Segala upaya yang kita lakukan harus berfokus pada kepentingan pasien,” tegas dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., SpOG(K) saat memaparkan studi kasus tentang bagaimana rumah sakit atau sistem dapat belajar dari kasus kematian ibu dan bayi.

Sementara itu, dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi DIY, Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb., memaparkan mengenai konsep Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional Collaboration (IPC) dalam kerja kebidanan. “Bekerja dalam sistem, memungkinkan adanya kolaborasi dalam tugas. Berbekal kemampuan IPE dan IPC termasuk kepemimpinan kolektif akan memungkinkan tata laksana pasien lebih berhasil,” ungkapnya. (Wiwin/IRO)