Kembali Hidup Sehat Usai Puasa

FK-KMK UGM. Bulan ramadan sebentar lagi berakhir, setelah berpuasa selama sebulan penuh tubuh harus beradaptasi pada kebiasaan makan sebelum ramadan.

Ahli gizi FKKMK UGM, Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, S.Gz., MPH., RD., mengatakan hal yang serupa bahwa  setelah lebaran sebaiknya pola makan perlu diperhatikan karena lambung masih dalam penyesuaian usai berpuasa selama 30 hari.

“Saat puasa banyak terjadi perubahan pola makan baik itu dari sisi jam, frekuensi, jumlah, dan jenis makanan,” jelasnya dalam bincang-bincang Raisa Radio, Selasa (26/04).

Apabila dilihat dari sisi jam makan yang tadinya bisa makan snack dengan bebas menjadi berkurang saat berpuasa. Lalu, jumlah makan juga berubah dalam sekali makan hanya dalam porsi kecil. Selain itu, juga jenis makanan yang dikonsumsi lebih banyak buah dan minuman segar saat berbuka.

Pemilik First Sport Nutrition Consultant ini menyarankan untuk melakukan penyesuaian secara perlahan-lahan dari bulan puasa ke pola makan rutin biasa. Sebab, proses adaptasi lambung untuk kembali normal mencerna sesuai pola makan sebelum puasa membutuhkan waktu sekitar satu minggu.

Tidak hanya itu, Bu Mirza meminta masyarakat untuk tidak “balas dendam” saat makan dengan melahap porsi yang jauh lebih besar. Tidak dipungkiri saat lebaran banyak disajikan makanan lezat, seperti aneka macam olahan daging dan kue-kue manis. Saat silaturahmi biasanya suguhan tersebut juga banyak disajikan.

“Memang yang paling berat saat bersilaturahmi ke keluarga pasti akan ditawari makan berat. Usahakan tetap makan sebagai bentuk penghormatan, tetapi dalam porsi sedikit, jangan porsi makan pada umumnya,” paparnya.

Sedangkan untuk cemilan seperti kue-kue kering, Bu Mirza mengatakan sebaiknya tidak mengkonsumsinya terlalu sering layaknya makan kacang. Pasalnya, kue-kue kering seperti nastar, kastangle dan lainnya memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi.

Sementara bagi orang dengan pembatasan lemak seperti penderita diabetes dengan komplikasi, jantung, dan hiperkolesterolemia diharapkan untuk menghindari makanan berlemak. Beliau menyarankan masyarakat untuk menyediakan buah-buahan dan sayuran untuk menjamu orang dengan masalah pembatasan lemak.

“Biasanya saat lebaran banyak opor dan kue sementara buah hilang. Padahal, buah harus dijadikan sumber utama saat konsumsi makanan sehingga usahakan selalu ada di setiap menu makan,” terangya.

Lebih lanjut Bu Mirza mengatakan selain terjadi perubahan pola makan, saat berpuasa juga menyebabkan perubahan pada pola tidur. Jam tidur di bulan puasa berkurang karena banyak dilakukan aktivitas keagamaan. Oleh karena itu, setelah usai bulan puasa kualitas jam tidur perlu dipertahankan.

Selanjutnya kembali berolahraga, sebab banyak orang berhenti berolahraga di bulan ramadan. Hal itu perlu dilakukan karena kebanyakan pasiennya mengalami penambahan berat badan sekitar 3-4 kilogram setelah ramadan. (Yuga Putri/Reporter)