Keberhasilan Berhenti Merokok Dipengaruhi Pendidikan dan Penyakit Kronis

FK-KMK UGM. Sebuah penelitian yang dilakukan di Sleman, Yogyakarta, pada tahun 2017 memberikan wawasan berharga tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam berhenti merokok, terutama bagi penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan melibatkan 120 responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu mereka yang berhasil berhenti merokok dan yang masih merokok.

Penelitian ini menemukan bahwa ada dua faktor utama yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan seseorang berhasil berhenti merokok. Pertama, tingkat pendidikan yang lebih tinggi terbukti meningkatkan peluang berhenti merokok sebesar 1,56 kali dibandingkan dengan individu berpendidikan rendah. Kedua, mereka yang memiliki penyakit lain selain hipertensi memiliki peluang 2,7 kali lebih besar untuk berhenti merokok dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki hipertensi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor lain seperti usia, pekerjaan, status ekonomi, status pernikahan, dan saran dokter tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan berhenti merokok. Temuan ini menyoroti pentingnya pendekatan strategis untuk membantu individu berhenti merokok, seperti menyediakan program edukasi yang lebih intensif tentang bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok yang ditargetkan kepada kelompok berpendidikan rendah.

Selain itu, pendekatan yang lebih holistik dalam menangani penyakit kronis yang dialami oleh perokok dapat meningkatkan angka keberhasilan berhenti merokok. Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Dalam kaitannya dengan SDG 3, mengurangi kebiasaan merokok secara langsung mendukung penurunan angka kematian dini akibat penyakit tidak menular (indikator 3.4.1) serta memastikan akses layanan kesehatan yang lebih baik (indikator 3.8.1).

Sementara itu, pencapaian tujuan ini memerlukan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat sipil, dan sektor swasta, sebagaimana diamanatkan dalam SDG 17 (indikator 17.16.1). Dengan upaya kolektif ini, tidak hanya kualitas hidup individu yang akan meningkat, tetapi juga beban penyakit tidak menular dapat dikurangi secara signifikan di tingkat lokal maupun global. (Penulis: Naufal Farah Azizah, Editor: Septi Kurnia Lestari, Nur Aziz).

Referensi: Wikansari, N., Kertia, N., & Dewi, F. S. T. (2017). Determinants of Smoking Cessation Behavior in Hypertensive Patients in Sleman District. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(3), 135-140.