Masih dalam serangkaian peringatan dies natalis FK UGM dan RSUP Dr. Sardjito diadakan seminar yang bertemakan “Peran Laboratotium dalam Upaya Skrining Hipotiroid Kongenital dan Manajemen HIV Maternal” di gedung diklat RSUP dr.sadjito (7/3).
Peserta yang mendaftar sebanyak 205 orang yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, tenaga kesehatan lain, dan mahasiswa. Peserta yang hadir tidak hanya dari yogyakarta, melainkan ada yang datang jauh dari Sentani (Papua), Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bandung.
Dalam seminar ini dibagi menjadi dua sesi, setiap sesi nya di isi oleh empat pembicara yang berkompeten. Sesi pertama mengenai HIV Maternal yang dipandu oleh Prof. dr. Budi Mulyono, MM, Sp.PK beliau merupakan kepala bagian Patologi Klinik di FK UGM. Sesi kedua mengenai Hipotiroid Kongenital diskusi dipandu oleh dr. Usi Sukorini, M.Kes, Sp.PK. Pembicara yang hadir kompeten dalam bidangnya maing-masing yaitu dinas kesehatan DIY serta Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.
Telah diketahui banyak sekali kasus mengenai penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak, tentunya ini merupakan masalah bersama. Selama ini menjadi pemikiran bagaimana pencegahan, kerugian dan biaya yang harus dikeluarkan. Kasus HIV pada anak sebanding lurus dengan peningkatan kasus HIV pada orang tua dan ini memerlukan intervensi jangka panjang. Ketika orang tua terutama seorang ibu yang terindikasi tinggi risiko harus dilakukan skrining awal saat melakukan kunjungan prenatal pertama. Jika hasil negatif tetapi ibu faktor risiko tinggi, maka skrining dapat diulang di trimester 3.
Bagaimana sikap yang harus diambil? Pertama cegah akar permasalahan HIV, lakukan hubungan yang sehat dan setia pada pasangan. Jika memang ibu telah mengalami HIV, cegah kehamilan tidak terencana. Lakukan hubungan seksual ketika virus dalam tubuh rendah. Jika suaminya yang terkena HIV maka lebih baik dilakukan inseminasi karena virus HIV ada pada cairan semen bukan di sperma tetapi memang alat untuk melakukan inseminasi terbatas.
Saat hamil, tetap konsumsi ARV Profilaksis teratur jangan berhenti meskipun sedang dan setelah hamil, lakukan persalinan sesar, dan disarankan untuk tidak menyusui ASI pada bayi, berikan susu formula eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS) tetapi kita tidak bisa memisahkan naluri ibu yang ingin menyusui anaknya.
Prinsip VCT dan PITC dijalankan dengan baik, konfidensialitas, informed consence, konseling. Lakukan pengambilan sampel kering dari tumit bayi untuk pengecekan melalui DNAnya. Tetap berikan dukungan dan edukasi kepada klien. (Pita/Reporter)