FK-KMK UGM. Pendidikan kedokteran dan kesehatan tidak terlepas dari aktivitas akademis dan klinis mahasiswa di lingkungan kampus maupun rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, hingga komunitas. Saat berada di lingkungan kampus, mahasiswa dituntut untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola pasien.
Pasien simulasi menjadi salah satu upaya fakultas untuk memberikan kesempatan, ruang latihan maupun pembelajaran bagi mahasiswa, agar mampu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, untuk mendalami penghayatan perannya sebagai calon tenaga kesehatan. Demikian Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., SpOG(K) saat mengawali sambutannya dalam acara bedah buku: “Manajemen Pasien Simulasi di Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan” , Rabu (30/6) yang digelar secara daring.
“Tentu pemilihan pasien simulasi tidak serta merta dilakukan tanpa persiapan. Pasien simulasi harus melewati proses pengelolaan dan persiapan yang cukup panjang. Hal tersebut diupayakan agar ada jaminan kualitas performa peran pasien simulasi dalam membantu mahasiswa bisa mencapai standar kompetensi yang diharapkan,” imbuhnya.
Buku yang ditulis oleh staf Dosen di Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika FK-KMK UGM, .dr. Widyandana, MHPE, Ph.D., Sp.M(K) ini menurut Prof. Ova menjadi jawaban atas pemahaman pasien simulasi dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan, beserta proses pengelolaannya untuk menjamin kualitas proses pembelajaran mahasiswa tersebut.
Kepala Badan Penerbitan dan Publikasi (BPP) UGM, Prof. Widodo, S.P., M.Sc. Ph.D., dalam sambutannya juga menegaskan bahwa penerbitan buku Manajemen Pasien Simulasi yang diterbitkan UGM Press ini harapannya bisa disebarluaskan untuk kepentingan masyarakat luas demi peningkatan kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia. “Buku ini bahkan bisa menjadi sumber acuan bagi universitas lain,” tegasnya.
Sementara itu, dr. Widyandana menyampaikan bahwa struktur penulisan buku tersebut memang diupayakan sistematis mulai dari proses merekrut pasien simulasi, melatih mereka, membuat sistem pengelolaan seperti menyusun jadwal, hingga mengevaluasi permasalahan yang muncul.
“Peran pasien simulasi ini sangat besar. Mahasiswa pre-klinik kalau akan bertemu pasien sesungguhnya itu masih berisiko, sehingga kalau kita membuat pengelolaan pasien simulasi ini tentu akan sangat baik bagi pendidikan. Oleh karenanya, gagasan itu saya tuangkan dalam tulisan ini karena kebetulan saya mendalami pengetahuan tentang media ajar. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua,” ungkapnya.
Selaras dengan apa yang telah dituturkan dr. Widyandana, Penanggung jawab Skills lab FK-KMK UGM, dr. Santosa Budiharjo, M.Kes., PA(K) menyatakan bahwa pasien simulasi itu bisa menjadi penunjang pencapaian kompetensi klinis yang lebih baik. Hanya saja, dr. Santosa memberikan poin penting bahwa tidak semua tindakan bisa dilakukan dengan pasien simulasi. Seperti halnya anak-anak belum bisa menjadi pasien simulasi, lalu bagian area sensitif perempuan maupun organ genital perempuan dan laki-laki juga tidak bisa digunakan dalam pasien simulasi, dan yang terakhir adalah semua tindakan invasif juga tidak bisa dilakukan dengan pasien simulasi. Oleh karenanya, dalam kondisi seperti itu, peran pasien simulasi digantikan oleh manekin.
Seakan menggenapi apa yang dipaparkan dr. Santosa, staf Dosen Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika FK-KMK UGM, dr. Rachmadya Nur Hidayah, MSc., PhD., lebih menekankan pada aspek humanistik pendidikan. “Pasien simulasi bisa membawa aspek humanistik, ini yang selalu kami tekankan dalam pembelajaran, karena cukup sering mahasiswa itu fokus pada manekinnya tetapi justru melupakan aspek humanistiknya. Oleh karena itu, pasien simulasi perlu dilatih dengan cukup baik agar bisa memberikan umpan balik yang diharapkan. Itulah mengapa kita perlu pasien simulasi dalam pendidikan, karena tidak hanya keterampilan penanganan pasien yang utama, namun juga aspek profesionalnya seperti aspek humanistik, komunikasi dan edukasi pada pasien,” paparnya.
Acara bedah buku yang berlangsung selama 1 jam ini merupakan hasil kerjasama antara FK-KMK UGM dengan BPP UGM/UGM Press, dan dimoderatori oleh dr. Eta Auria Latiefa. (Wiwin/IRO)