FK-KMK UGM. Irisan antara skripsi, tesis, dan disertasi seberapa jauh dipebolehkan untuk publikasi menjadi tema lunch discussion Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Kamis (20/5) yang diselenggarakan secara daring via zoom.
“Topik kali ini penting untuk diangkat karena mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan memerlukan pemahaman, andaikan terlibat dalam penelitian payung, seberapa jauh bisa beririsan dan sejauh mana hal-hal tertentu bisa dicegah atau dihindari,” ungkap Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., PhD., saat memberikan sambutan.
Menjawab pertanyaan utama pertemuan kali ini, Dosen Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-KMK UGM, Prof. dr. Mohammad Hakimi, PhD., SpOG., menyatakan bahwa selama ada keunikan dari publikasi tersebut, maka irisan itu bisa dilakukan. Seperti halnya membagi sebuah disertasi menjadi publikasi dengan hipotesis, populasi, dan metode yang yang memiliki keunikan atau perbedaan.
Saat memulai paparan, Prof. Hakimi juga mengungkapkan bahwa program Doktoral beberapa macam. Ada PhD dengan Tesis, by course, publication atau professional doctorate. “Kalau diperhatikan PhD tesis itu jumlah kata 60-90 ribu jadi kalau untuk publikasi, 1 jurnal artikel jumlah katanyanya 6-10 ribu, secara teoritis disertasi sangat potensial diiris dibagi untuk sampai 10 publikasi, tapi apakah hal itu bisa kita lakukan?”, ungkapnya.
Prof. Hakimi dalam hal ini memberikan contoh studi kasus bimbingan disertasi mahasiswa Universitas Umeå yang mampu menghasilkan beberapa publikasi. “Penting bahwa hasil penelitian disajikan sedemikian rupa sehingga mereka akan tidak bermasalah seandaianya direview dengan cara seperti biasa dilakukan untuk review artikel jurnal. Karena kaitannya dengan publikasi, saya akan melihat tujuan dari disertasinya. Publikasi yang dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian. Satu jurnal artikel dipakai untuk 2 disertasi,” terangnya.
Di penghujung paparannya, Prof. Hakimi mengungkapkan lima alasan mengapa akademisi harus membuat publikasi secara etis. Pertama, agar ilmu pengetahuan semakin maju. Kedua, melindungi kesejahteraan manusia. Ketiga, mempromosikan perilaku etik. Keempat, reputasi karir akademik. Dan kelima, menjadi satu-satunya cara agar integritas peneliti bisa dihargai.
Dosen Departemen Mikrobiologi Klinik FK-KMK UGM, Prof. dr. Tri Wibawa, PhD., Sp.MK(K) mengungkapkan bahwa kasus yang banyak terjadi di fakultas adalah saat mahasiswa menempuh pendidikan program Doktor sekaligus masih berstatus sebagai dosen dan pembimbing bagi mahasiswa Sarjana maupuan Magister dalam satu grup penelitian. Sebagai ketua peneliti dengan status masih menempuh pendidikan, membuka peluang adanya irisan-irisan data, pendapat, teori dan bahkan potongan tulisan yang akan muncul di beberapa bagian publikasi akademis.
“Untuk amannya kita harus betul-betul meyakinkan tidak ada duplikasi, dan klaim yang tertulis di disertasi, tesis, skripsi, apapun yang tertulis adalah milik penulis,” imbuh Prof. Tri Wibawa. (Wiwin/IRO)