Dr. Kemala Rita Wahidi, S.KP., MARS. Senin lalu (4/5) beliau menyelesaikan program Doktor di Fakultas Kedokteran UGM. Di FK UGM beliau merupakan Doktor ke-162. Beliau lulus dengan predikat sangat memuaskan. Berlaku sebagai promotor Ibu Rita yaitu Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk (Dekan FK UGM).
Disertasi Ibu Rita berjudul “Efektivitas Perawatan Luka kanker Payudara Menggunakan Formula Topikal Inovatif dan Terapi Standar terhadap Respon Biopsikososiospiritual di Rumah Sakit Kanker Dharmais”. Fokus penelitian ini pada penanganan respon fisik pasien terkait dengan malodor yang timbul dari luka kanker, dengan tidak lupa memperhatikan respon psikososiospiritual dalam melakukan intervensi keperawatan. Perawatan luka dengan agen topical yang tepat merupakan faktor penting dalam mengurangi malodor dan meminimalkan eksudat.
Sampai saat ini di Indonesia khususnya, belum banyak penelitian tentang perawatan luka kanker payudara yang dilakukan untuk memperoleh metode yang paling efektif dan tepat dalam mengatasi respon biopsikososiospiritual yang timbul. Tim perawatan luka (focus interest group/FIG), dimana Bu Rita menjadi anggotanya, bekerja sama dengan bagian Farmasi Klinik RS Kanker Dharmasi melakukan inovasi pencampuran formula topikal inovatif (FTI) dengan bahan dasar utama metronidazole dan Zink oksid untuk penanggulangan perawatan luka kanker , terutama mengurangi bau luka kanker.
Zink oksid mampu mempercepat proses penyembuhan luka, membantu merangsang pembentukan kolagen dan sintesis protein, bekerja aktif sebagai anti microbial ringan, anti fungal dan merangsang granulasi jaringan serta berfungsi sebagai autolysis debrideman.
Dikatakan dalam disertasinya, berdasarkan hasil survei perawat paliatif RS kanker Dharmais tahun 2005 ditemukan 21% pasien dengan luka kanker. Di Poli Perawatan Luka dan Stoma RS Kanker Dharmais periode 2008-2012 lebih dari 70% pasien menjalani perawatan luka kanker payudara.
Hasil penelitian Bu Rita, disimpulkan bahwa penggunaan FTI pada perawatan luka kanker payudara mampu mengurangi jumlah dan jenis bakteri, menurunkan skor persepsi respon fisik, skor persepsi malodor oleh perawat, skor persepsi malodor oleh keluarga, dan skor persepsi biopsikososiospiritual lebih banyak daripada penggunaan formula topical standar (FTS). (Dian/IRO)