HOSPREP Program 2024 Hari Pertama: Penanganan Kegawatdaruratan dan Bahan Berbahaya

FKKMK UGM. Malaysia menjadi tuan rumah penyelenggaraan pelatihan internasional “Chemical Incident Preparedness for Hospital (HOSPREP)” ASEAN 2024 tahun ini. Dari 73 pendaftar yang berasal dari seluruh dunia, 17 delegasi telah terpilih untuk mengikuti kegiatan. Delegasi tersebut mewakili negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Mexico, Ghana, Palau, Maladewa, Mongolia, dan Turki.

Pelatihan ini bertujuan untuk menjadi sarana pembelajaran dan pertukaran informasi mengenai penanganan situasi kegawatdaruratan dan penanganan bahan berbahaya. Di hari pertama kegiatan, peserta mengikuti sesi pembukaan dan mendengarkan materi dari berbagai narasumber. Materi pertama disampaikan oleh Dr. Rasidah dari Malaysia dengan topik “General Principle of Emergency Operation”.

Dr. Rasidah menjelaskan tentang bagaimana sistem kesehatan beroperasi dalam situasi kegawatdaruratan, khususnya peran rumah sakit dalam penanganan bencana. Penjelasan meliputi proses verifikasi data, koordinasi antara Emergency Department Operation Center (ED-OC) dan Hospital Operation Center (HOC), serta manajemen alur pelayanan pasien. Selanjutnya, Dr. Pak Jun Wan memberikan materi tentang Mass Casualty Incident (MCI) dan menekankan pentingnya aspek command, control, coordination, dan communication (4C) dalam manajemen MCI serta perlunya identifikasi jenis kejadian untuk mempersiapkan logistik yang sesuai.

Narasumber lain yaitu Fireman Superintendent Zulkarnain membawakan materi mengenai Personal Protective Equipment (PPE) dan dekontaminasi. Beliau menjelaskan pentingnya memilih APD yang tepat berdasarkan level keamanan dan kondisi lingkungan kerja. Ia juga menguraikan metode dekontaminasi untuk pasien yang terpapar bahan berbahaya.

Dr. Shahrul (MoH) dan Dr. Eduardo (OPCW Netherlands) kemudian membahas karakteristik bahan berbahaya seperti nerve agents, blister agents, dan choking agents. Mereka menekankan pentingnya pengobatan gejala dan tindakan penyelamatan hidup karena tidak semua bahan berbahaya memiliki antidotum. Pelatihan ditutup dengan diskusi mengenai implementasi materi melalui studi kasus kejadian dunia seperti Tokyo Shibuya Station Incident dan Sungai Kim Kim Incident.

Para delegasi, termasuk delegasi dari Indonesia, menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti sesi diskusi dan berinteraksi aktif dengan narasumber. Pelatihan internasional ini sangat mendukung SDGs No.4 yaitu Pendidikan Berkualitas. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan delegasi dalam menghadapi bencana kegawatdaruratan dan penanganan bahan berbahaya.(Kontributor: PKMK FK-KMK UGM/Editor: Guntari).