Hidup Sehat Untuk Lansia ‘Setaman’

FK-UGM. Populasi usia lanjut (lanjut usia/lansia) di dunia akan bertambah dengan cepat dibandingkan dengan jumlah penduduk dunia keseluruhan, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.  Tahun 2025, populasi lansia di Indonesia memiliki laju kenaikan jumlah tertinggi di dunia (sekitar 41,4%) dibandingkan tahun 1990. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 menunjukkan bahwa di Provinsi DI Yogyakarta usia harapan hidup lansia paling lama untuk pria 69,15 tahun dan perempuan 73,03 tahun.

Berbagai permasalahan kesehatan mulai mengancam kualitas hidup lansia. Penanganan penderita lansia membutuhkan banyak pertimbangan dari risiko pengobatannya, sisa harapan hidupnya, kompleksitas penyakit penyertanya, dukungan sosial ekonomi, psikologisnya, fungsi kognitif dan lain sebagainya. Melalui gerakan lansia ‘Setaman’ (Lansia Sehat, Senang, Taqwa, Terhormat, Mandiri dan Manfaat), Staf Pengajar dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UGM, Dr. dr. Probosuseno, SpPD, K.Ger., Finasim., memberikan solusi yang bisa diterapkan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang muncul pada usia lansia maupun pralansia.

 “Semua orang mendambakan hidup sehat, panjang umur, dan menikmati berfungsinya seluruh organ secara optimal sampai akhir hayat. Menua atau menjadi tua merupakan fenomena universal, tetapi laju prosesnya bervariasi antar individu. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor endogen (genetis dan biologis) dan faktor-faktor eksogen (lingkungan, gizi, pola hiudp, sosial, budaya, ekonomi dan penyakit),” ungkapnya saat memberikan orasi ilmiah, Rabu (8/2) dalam peringatan hari ulang tahun RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ke-35 di ruang pertemuan utama gedung Diklat lantai 4.

Doktor Probosuseno juga menegaskan bahwa tua merupakan keadaan yang bisa dipandang dari tiga sisi, yaitu sisi kronologis, fisis, dan psikologis. Sesuatu dianggap tua jika dinyatakan telah berumur lama. WHO mendefinisikan tua atau usia lanjut apabila secara kronologi orang tersebut telah berumur 65 tahun atau lebih. Seseorang yang belum berumur 65 tahun, akan tetapi secara fisis sudah tampak setua usia 65 tahun karena suatu stres emosional misalnya, maka orang tersebut masuk dalam definisi tua psikologis.

Penyakit pada lansia yang menyebabkan penurunan kualitas hidup secara nyata dan dirasakan juga oleh keluarganya adalah penyakit jantung, stroke, kanker, demensia, kebutaan dan patah tulang tungkai. Bahkan, data WHO tahun 2011 menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular menyumbang kematian terbesar yaitu 48% dari seluruh penyebab kematian di Dunia.

 “Jika ingin sehat ataupun jarang sakit, silahkan makan minum thoyyib halal, olah raga, tidak stres, jaga lingkungan tetap bersih dan indah, tidur cukup, bertaqwa, tinggalkan hal-hal tidak perlu, dan jalankan hobi serta aktif berkegiatan sosial,” ujar doktor yang menginisiasi ‘Tepuk Lansia Sehat’ dan menulis lagu ‘Sehat Bahagia’ gubahan dari syair lagu burung kakak tua.

Berbagai upaya yang bisa dilakukan diantaranya adalah pertama, upaya untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan seperti cuci tangan sebelum makan, mengatur tempat istirahat dengan rapi dan indah, menjaga area tetap bersih, dan apabila bersin silahkan ditutup dengan tisu. Kedua, mulai meninggalkan kebiasaan buruk seperti merokok, makan sambil berdiri atau berjalan, minuman keras, alkohol atau zat adiktif lainnya, maupun membeli makanan sembarangan. Ketiga, mengusir risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) stroke dan kanker, diantaranya dengan menjaga tekanan darah maupun kadar gula darah, asam urat, kegemukan, maupun merokok. Keempat, menjaga asupan makan minum harus halal. Agar stamina bagus sehat-kuat-bugar, maka asupan makanan harus cukup berenergi dan sehat. Kelima, menerapkan ajaran agama dengan baik seperti: senantaiasa berdoa, seperti zikir, sedekah puasa, dan selalu berprasangka baik.

Lansia pasti berkeinginan mempunyai kualitas hidup baik (Setaman). Oleh karenanya, setelah purna tugas atau saat sudah tidak bekerja lagi supaya tetap melakukan aktivitas yang disukai sesuai dengan keahliannya, dan tidak menarik diri. “Jika kita tidak melakukan sesuatu dalam jangka panjang, maka kita akan berkarat,” pungkas Doktor lulusan Sekolah Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM ini. (Wiwin/IRO)