FK-KMK UGM. Daya tahan tubuh adalah perisai utama dalam menjaga keseimbangan tubuh terhadap berbagai perubahan lingkungan. Namun, terkadang bahkan sel-sel pelindung tubuh seperti makrofag dan sel darah putih tidak dapat bekerja secara optimal dalam kondisi tertentu. Faktor-faktor seperti stres, masa pemulihan pasca sakit, atau bahkan penggunaan obat-obatan penekan sistem imun dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit.
Untuk menjawab tantangan-tantangan ini, Pusat Kedokteran Herbal FKKMK UGM mengadakan acara live talkshow bertajuk “Herbal Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh” pada tanggal 26 Februari 2024. Selain sebagai sarana penyebaran pengetahuan bagi masyarakat, acara ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 3, yang menyoroti Kesehatan dan Kesejahteraan.
Dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, M.Sc., Ph.D., seorang peneliti di Pusat Kedokteran Herbal dan dosen di Departemen Farmakologi dan Terapi, FK-KMK UGM, menjadi narasumber dalam acara tersebut. Beliau menjelaskan bahwa ada banyak cara untuk menjaga daya tahan tubuh, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kategori rentan.
Salah satu cara yang disebutkan adalah dengan menjaga istirahat yang cukup dan berolahraga. Olahraga tidak hanya membantu tubuh memproduksi hormon kebahagiaan, endorfin, tetapi juga membantu dalam memperbaiki sistem kekebalan tubuh.
Tak hanya olahraga, beberapa jenis herbal juga sering digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh. Contohnya adalah echinacea, yang dikenal dapat mengatasi gejala pilek, meningkatkan imunitas, dan meningkatkan fagositosis. Namun, Echinacea ini bukan tanaman dari Indonesia. Salah satu herbal lokal yang dikenal memiliki khasiat serupa adalah meniran, yang bahkan sudah terdaftar sebagai fitofarmaka oleh BPOM, menandakan keamanan dan khasiatnya telah teruji secara klinis pada manusia.
Dwi juga menyebutkan tentang kurkumin, senyawa kuning yang terdapat dalam kunyit, yang memiliki efek antiinflamasi dan sebagai immunomodulator. Meskipun bahan baku kunyit mudah ditemukan, pembuatan sediaan herbal harus diperhatikan standarisasinya.
Dalam penggunaan herbal, perlu diingat bahwa herbal juga memiliki kontraindikasi, terutama ketika digunakan bersamaan dengan obat-obatan sintesis. Echinacea, misalnya, tidak boleh digunakan dalam jangka waktu tertentu dan harus dihindari oleh ibu hamil serta orang dengan gangguan imun.
Pada akhirnya, penggunaan herbal sebagai peningkat daya tahan tubuh memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai khasiat, keamanan, serta kontraindikasinya. Namun, dengan pengetahuan yang tepat, herbal dapat menjadi sekutu alami dalam menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh secara efektif.
Dengan penekanan pada pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai herbal, diharapkan masyarakat dapat mengambil manfaat maksimal dari kekayaan alam Indonesia untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka (Kontributor: Pusat Kajian Kedokteran Herbal, Foto: Freepik, Editor: Humas FK-KMK. Artikel ini telah diunggah di Website Pusat Kajian Kedokteran Herbal)