Halal bihalal dan Refleksi Pandemi Covid-19

FK-KMK UGM. Merefleksikan pandemi Covid-19, mengambil hikmah, menguatkan iman serta implementasi tanggap darurat wabah menjadi semangat keluarga besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam menggelar acara halal bihalal tahun 2020, Kamis (28/5) ini secara daring.

“Berkumpul bersama secara virtual dalam momentum halal bihalal tahun ini bisa menjadi anugerah ilahi agar kita senantiasa bisa menggunakan hal yang terbaik untuk negeri ini. Setelah sebulan penuh berpuasa di tengah pandemi wabah Covid-19, saat ini menjadi momentum terbaik untuk melakukan refleksi diri. Betapa wabah saat ini menjadikan kita percaya dan meyakini kebesaran Allah SWT, dan begitu kecilnya manusia hingga tidak bisa merancang kehidupannya sendiri,“ papar Dekan FK-KMK UGM, Prof. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., saat memulai sambutannya.

Dekan dalam kesempatan ini juga memberikan beberapa refleksi. Pertama, pandemi menjadi ujian keimanan yang soleh. Bahkan bisa menjadi ajang umat muslim dalam meningkatkan keimanannya dengan kesabaran, dan kembali pada kebenaran. Kedua, mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.

Bahwa dengan mengubah metode pembelajaran, memberikan perhatian lebih pada sesama, berbagi rejeki, bingkisan, dan mempedulikan kesehatan satu sama lain turut menjadi semangat Ramadhan tahun ini. “Mari kita bersama-sama belajar menjadikan diri kita rendah hati dan bermanfaat bagi orang lain. Jadilah diri kita sebaik-baiknya atas diri kita,” pesannya.

Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., SpOG(K) dalam kesempatan ini juga menuturkan bahwa wabah pandemi Covid-19 memberikan hikmah untuk melakukan sebuah gerakan perubahan ke arah perbaikan. “Di balik setiap kesulitan ada hikmah,” tegasnya.

Saat ini Indonesia memasuki era yang sangat luar biasa dengan adanya wabah pandemi Covid-19, hingga mampu mengubah tatanan peradaban dunia. Melalui forum halal bihalal ini, Drs. Haryanto, Msi atau yang akrab disapa Ustadz Sentot ini memberikan hikmah syawalan mengenai “Pandemi Covid: Hikmah, Refleksi, Penguatan Iman dan Implementasinya” dari perspektif psiko religius dalam beberapa paparan.

Pertama, secara psikologis, kondisi pandemi ini memberikan dampak psikologis luar biasa. Manusia bisa menjadi sangat cemas, mengalami gangguan tidur, paranoid, depresi, angka perceraian meningkat, bahkan ada yang berpikir untuk melakukan proses bunuh diri. “Seolah-olah Allah ingin memformat seluruh aspek kehidupan baik dari segi ekonomi, politik, pendidikan, sosial, psikologi, bahkan tatanan keagamaan melalui wabah korona ini,” ungkapnya. Tautan psikologis pun terlihat dalam aspek kesehatan, seperti munculnya tagar Indonesia terserah (#indonesiaterserah).

Kedua, hikmah bisa diartikan sebagai kearifan, dan yang bisa mengambil hikmah adalah Ulil Albab, yakni manusia yang senantiasa mengingat Allah dan memikirkan ayat-ayat Allah. “Seperti yang disampaikan bu Dekan tadi bahwa yang ada di langit dan bumi tidak ada sesuatu yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya tujuan atau hikmah. Ini tidak ada satupun yang tercipta dan sia-sia. Inilah hikmah yang luar biasa di balik pandemi,” ungkap Ustadz Sentot saat mengutip Surat Al Imron ayat 190.

Ustad Sentot juga menambahkan bahwa Allah akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki, maka dia akan diberikan kebaikan yang besar. “Mari kita memantaskan diri untuk memperoleh hikmah. Banyak sekali manusia yang tidak mendapatkan hikmah puasa, Idul Fitri, kejadian alam semesta termasuk pandemi Covid-19 ini. Seperti pepatah Arab, bagaikan keledai yang membawa jurnal, bahwa dirinya sendiri tidak mamahami apa yang dibawanya, ” imbuhnya.

Poin ketiga adalah refleksi, kontemplasi, melihat ke dalam diri yang hanya menjadi kemampuan manusia sebagai anugerah Allah, dan tidak diberikan kepada makhluk lain. “Bahwa dengan proses refleksi ini, kita diharapkan mampu melihat hari ini dan esok, “ tegasnya. Poin keempat, terkait penguatan iman dan implementasi iman itu sendiri. Karena dalam agama apapun nikmat terbesar adalah iman, dan saat iman meningkat, akan menguat dengan kebaikan.

“Siap tidak siap kita harus menghadapi kondisi new normal. Inilah tantangan luar biasa, terutama dalam bidang kedokteran, pendidikan, maupun pengabdian masyarakat dan pelayanan kesehatan. Hal ini tidak mudah, memerlukan daya adaptasi yang kuat dan usaha yang keras, dan dibutuhkan proses kedewasaan. Tradisi harus dirombak sedemikian rupa. Karena esensi new normal adalah hijrah, memformat kembali kehidupan kita,” jelas Ustad Sentot.

Acara halal bihalal yang digelar selama kurang lebih 90 menit ini diikuti oleh seluruh jajaran Dekanat FK-KMK UGM, Direksi RSUP Dr. Sardjito, RS Jejaring pendidikan, Dosen maupun Tenaga Kependidikan FK-KMK UGM (Wiwin/IRO; Foto: dok. panitia).

Berita Terbaru