Guru Besar FK-KMK UGM Soroti Narasi Menyesatkan Industri Rokok dalam Peluncuran Buku Investigatif

FK-KMK UGM. Guru Besar FK-KMK UGM menjadi narasumber dalam diskusi publik sekaligus peluncuran buku “A Giant Pack of Lies Part 2: Kebohongan Besar Industri Rokok” yang digelar di Hotel Grand Keisha Yogyakarta pada Sabtu, 26 April 2025. Kegiatan ini melibatkan puluhan peserta dari kalangan masyarakat sipil, mahasiswa, akademisi, jurnalis, aktivis kesehatan, hingga pejabat pemerintah. Acara ini diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bekerja sama dengan AJI Yogyakarta sebagai upaya untuk mengedukasi publik sekaligus memperkuat advokasi pengendalian tembakau di Indonesia.

Buku yang diluncurkan merupakan karya kolektif para jurnalis investigatif yang telah lama menyoroti industri rokok di Indonesia. Dalam narasi yang tajam dan berbasis data, buku ini mengungkap berbagai taktik tersembunyi yang digunakan industri rokok untuk memengaruhi kebijakan publik, melemahkan regulasi cukai, serta menyusup ke ruang-ruang media dan komunikasi massa. Salah satu penulis buku, Novita Sari Simamora, menjelaskan bahwa industri rokok melakukan berbagai lobi agar kebijakan cukai tidak memberatkan perusahaan, bahkan menyusup melalui narasi bahwa merokok adalah sekadar “pilihan pribadi”.

Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D., Guru Besar FK-KMK UGM yang juga dikenal sebagai pakar pengendalian tembakau, memberikan penjelasan mendalam mengenai bagaimana industri rokok selama ini menyusun narasi menyesatkan untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam paparannya, Prof. Yayi menekankan bahwa tantangan terbesar dalam pengendalian tembakau di Indonesia bukan hanya regulasi yang lemah, tetapi juga konflik kepentingan dalam bisnis rokok itu sendiri.

“Banyak pemilik pabrik rokok yang tidak merokok. Ketika ditanya, mereka mengatakan merokok adalah pilihan, dan mereka memilih untuk tidak merokok. Tapi mengapa mereka menjual rokok? Karena itu bisnis,” ujar Prof. Yayi.

Diskusi ini juga membahas peran iklan rokok yang terselubung, lemahnya pengawasan pemerintah, serta masih rendahnya literasi publik terhadap bahaya rokok, khususnya di kalangan remaja. Prof. Yayi turut membagikan hasil penelitiannya terhadap siswa SMP dan SMA di Yogyakarta yang menunjukkan bahwa eksposur terhadap iklan rokok berhubungan signifikan dengan niat untuk mulai merokok. Peluncuran buku ini mendorong kolaborasi antara jurnalis, akademisi, aktivis, dan pembuat kebijakan dalam memperkuat regulasi pengendalian tembakau yang berpihak pada kesehatan masyarakat. Langkah ini selaras dengan upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera yang menargetkan penurunan prevalensi penyakit akibat konsumsi tembakau, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui sinergi antar sektor dalam mendukung kebijakan berbasis bukti.

Dengan terbitnya buku “A Giant Pack of Lies Part 2”, AJI bersama para kontributor berharap publik dapat lebih kritis terhadap strategi komunikasi industri rokok yang kerap membingkai produk berbahaya sebagai bagian dari gaya hidup. Buku ini diharapkan menjadi alat advokasi yang mampu memperkuat gerakan masyarakat sipil untuk mendorong kebijakan pengendalian tembakau yang lebih adil, transparan, dan melindungi generasi muda Indonesia dari dampak laten konsumsi rokok. (Kontributor: Nia Lestari Muqarohmah).