FK-KMK UGM. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mental mahasiswa kedokteran, Dr. dr. Andrian Fajar Kusumadewi, M.Sc, Sp.KJ dari departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM, telah mengembangkan aplikasi GAMA AIMS. Aplikasi ini, yang merupakan kependekan dari Gadjah Mada Anxiety Intervention for Medical Students, dirancang untuk mengatasi kecemasan dan mendukung kesehatan mental mahasiswa, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) 3.4 (kesehatan mental) dan 4 (pendidikan berkualitas).
Dikembangkan antara tahun 2021 dan 2023, GAMA AIMS menawarkan fitur psikoedukasi, jurnal harian, dan terapi kognitif perilaku (CBT) yang dapat dijalankan secara mandiri. Ini memungkinkan pengguna untuk memperoleh pengetahuan tentang kecemasan, mencatat perasaan dan aktivitas harian, serta mengidentifikasi dan mengubah pikiran negatif menjadi positif.
Validitas dan reliabilitas GAMA AIMS telah terbukti melalui penilaian oleh tim ahli, dengan skor Aiken’s V berkisar antara 0,78 hingga 1 untuk 11 item dalam aplikasi. Uji efektivitas menunjukkan penurunan signifikan dalam skor kecemasan pada mahasiswa yang menggunakan aplikasi (n=33), sebanding dengan mereka yang menjalani terapi tele-psikiatri dengan modul yang setara (n=40); dengan penurunan skor rata-rata 5-8 poin pada Taylor Manifest Anxiety Scale (p<0,01; Cohen’s D>1).
Penelitian juga menemukan bahwa pendampingan terapis memiliki peran penting, terutama bagi mahasiswa dalam tahap pendidikan profesi, yang menunjukkan respons lebih baik terhadap terapi telepsikiatri dibandingkan penggunaan aplikasi.
GAMA AIMS menawarkan solusi bagi mereka yang enggan mencari bantuan profesional secara langsung, memberikan alternatif yang efektif untuk kesehatan mental dan dapat digunakan secara mandiri dari rumah. Meskipun aplikasi ini telah menunjukkan manfaatnya, saat ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut dan belum tersedia untuk umum.
Kecemasan mahasiswa merupakan isu penting dalam pendidikan berkualitas karena dapat mempengaruhi motivasi dan efikasi diri akademik, yang keduanya esensial untuk proses pembelajaran yang sukses. Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dapat berdampak negatif pada kinerja akademik, mengurangi kemampuan mahasiswa untuk berkonsentrasi dan mempertahankan informasi. Oleh karena itu, mengatasi kecemasan tidak hanya membantu mahasiswa dalam mencapai potensi penuh mereka tetapi juga mendukung lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung, di mana semua siswa dapat belajar dan berkembang tanpa hambatan psikologis.
Dr. dr. Andrian Fajar Kusumadewi, M.Sc., Sp.KJ, pencipta GAMA AIMS, adalah seorang dosen dan peneliti yang berdedikasi di bidang psikiatri. Disertasinya yang inovatif ini tidak hanya menunjukkan keahliannya tetapi juga komitmennya terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan mental di Indonesia. “Mahasiswa kedokteran itu dikenal sebagai mahasiswa yang memiliki standar tinggi, sering terjebak dalam kesempurnaan (“Maladaptive perfectionism“), dan kadang mengalami “impostor syndrome” (merasa belum layak dan kurang pintar untuk berada dalam posisi saat ini). Saya lihat, beberapa mahasiswa bimbingan mengalami kecemasan tinggi terkait dengan adaptasi kurikulum, sehingga berdampak pada IPK, keluhan fisik, dan sampai ada yang terancam mengulang blok. Sehingga perlu adanya pendekatan skrining dan terapi awal yang mudah didapatkan.
Hal ini kebetulan sejalan juga dengan kebijakam dari General Council for Medical Students dan kebijakan terkait Health Promoting University. Maka dari itu, kami coba lakukan pengembangan aplikasi ini. Memang ada kendala juga, karena kita tidak terbiasa dengan regulasi dan waktu acc dari Playstore dan IOS, dan beberapa responden ternyata memerlukan penanganan yang lebih intensif, sehingga harus dirujuk. Namun kami harapkan adanya aplikasi ini menjadi pendekatan untuk mencegah adanya kondisi kejiwaan yang lebih berat,” tuturnya.
Pengembangan aplikasi ini merupakan salah satu bentuk upaya untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 terkait Kehidupan Sehat dan Sejahtera), nomor 4 terkait Pendidikan Berkualitas, nomor 10 terkait Berkurangnya Kesenjangan, dan nomor 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor dan Foto: Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Editor: Humas FK-KMK. Artikel ini telah diunggah di Website Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa)