FK-KMK UGM Ungkap Potensi Ekstrak Ciplukan untuk Lindungi Fungsi Reproduksi Pria dengan Diabetes

FK-KMK UGM. Tim peneliti dari Departemen Farmakologi & Terapi, Departemen Fisiologi, serta Departemen Anatomi FK-KMK UGM bersama sejumlah mitra penelitian berhasil mempublikasikan kajian ilmiah mengenai potensi fraksi aktif ekstrak Physalis angulata atau ciplukan dalam melindungi fungsi reproduksi pria pada kondisi diabetes. Publikasi ini diterbitkan di Tropical Journal of Natural Product Research pada 1 Juni 2025.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ciplukan mampu menurunkan ekspresi protein p53 secara signifikan. Protein ini berperan penting dalam respons stres seluler dan apoptosis, sehingga penurunannya mengindikasikan adanya mekanisme perlindungan terhadap kerusakan sel, khususnya pada sistem reproduksi pria penderita diabetes. Temuan ini memberi gambaran awal bahwa tanaman herbal lokal memiliki potensi besar sebagai pelengkap terapi medis modern.

Selain itu, penelitian juga mencatat peningkatan jumlah sel Leydig dan Sertoli. Sel Leydig berperan dalam produksi testosteron, sedangkan sel Sertoli mendukung proses perkembangan sel sperma. Peningkatan kedua sel ini memperlihatkan adanya perbaikan pada proses spermatogenesis dan steroidogenesis yang sangat menentukan kualitas kesuburan pria. Dengan demikian, ekstrak ciplukan tidak hanya berfungsi sebagai agen pelindung, tetapi juga mendukung pemulihan fungsi reproduksi yang terganggu akibat diabetes.

Implikasi penelitian ini melampaui aspek biomedis. Para peneliti menekankan pentingnya pemanfaatan kekayaan hayati lokal dalam pengembangan terapi alami yang lebih holistik, termasuk integrasi pengobatan herbal tradisional ke dalam praktik kesehatan modern. Hal ini sejalan dengan arah gerakan kesehatan global yang menekankan keberlanjutan serta pelestarian biodiversitas.

Lebih jauh, riset ini juga mendorong inisiatif pendidikan yang memperkenalkan manfaat tanaman lokal sebagai bagian dari pengobatan. Upaya tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda untuk mengeksplorasi sumber daya herbal sebagai solusi kesehatan berkelanjutan. Ke depan, tim peneliti merencanakan studi lanjutan untuk mengkaji mekanisme kerja ekstrak ciplukan secara lebih rinci, termasuk efek jangka panjang dan potensi dampak sampingnya, guna merumuskan protokol terapi yang aman dan efektif.

Publikasi ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui pengembangan terapi alami bagi penderita diabetes, SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui upaya peningkatan pengetahuan generasi muda mengenai tanaman lokal, SDG 15: Ekosistem Daratan dengan mempromosikan pelestarian keanekaragaman hayati yang menjadi sumber pengobatan herbal, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan karena adanya kolaborasi riset.

Penelitian tim FK-KMK UGM mengenai ekstrak ciplukan tidak hanya memberikan kontribusi berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang biomedis, tetapi juga mempertegas komitmen terhadap keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya lokal. Dengan langkah ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk menghadirkan inovasi kesehatan yang berakar pada kekayaan hayati bangsa sendiri. (Kontributor: Tammim Lana Bil Khoir).