FK-KMK UGM. Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM): FK-KMK UGM bersama RSUP Dr. Sardjito mengungkap kembali ancaman penyakit tropis terabaikan mycetoma melalui sebuah studi klinis yang menelaah dampak penyakit ini terhadap pasien di Indonesia. Penelitian ini dilakukan oleh Departemen Dermatologi dan Venereologi FK-KMK UGM dengan melibatkan pasien yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan utama. Studi ini menganalisis kasus mycetoma yang ditangani dalam rentang waktu panjang, yakni sejak Januari 2012 hingga April 2024, untuk menggambarkan karakteristik klinis, respons terapi, serta dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Mycetoma merupakan infeksi granulomatosa kronis yang ditandai dengan pembentukan nodul, sinus, dan fistula pada jaringan subkutan, terutama di ekstremitas bawah. Penyakit ini tergolong sebagai neglected tropical disease yang masih minim perhatian, baik dari sisi kewaspadaan klinis maupun dokumentasi ilmiah di Indonesia. Dalam penelitian ini, tercatat tujuh pasien mycetoma dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki (85,7 persen). Lebih dari separuh pasien bekerja di sektor luar ruangan, seperti petani dan pekerja lapangan, yang memiliki risiko tinggi terpapar trauma berulang dan lingkungan tanah sebagai sumber infeksi.
Pengumpulan data pasien selama lebih dari satu dekade memberikan gambaran jangka panjang mengenai kompleksitas penanganan mycetoma. Rendahnya kesadaran masyarakat, keterbatasan metode diagnostik, serta kesulitan mengidentifikasi organisme penyebab sering kali menghambat penanganan dini. Akibatnya, pasien datang dalam kondisi lanjut dengan kerusakan jaringan yang signifikan, meningkatkan risiko kecacatan permanen dan menurunkan kualitas hidup.
Respons terapi pada pasien bervariasi. Sebagian pasien menjalani terapi antibiotik dan/atau antijamur selama enam bulan sesuai standar, namun terdapat pula pasien yang harus menjalani pengobatan hingga tiga tahun akibat kepatuhan yang rendah. Dari tujuh pasien, dua pasien dinyatakan sembuh total, empat pasien mengalami perbaikan parsial, dan satu pasien harus menjalani amputasi. Meskipun demikian, tidak ditemukan efek samping serius selama proses pengobatan.
Para peneliti menegaskan bahwa mycetoma perlu ditempatkan sebagai prioritas dalam agenda kesehatan masyarakat. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kewaspadaan klinis tenaga kesehatan, edukasi penggunaan alat pelindung kaki bagi pekerja luar ruangan, serta penguatan kolaborasi riset nasional dan internasional untuk pengembangan diagnosis dan terapi yang lebih efektif.
Penelitian ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 1: Tanpa Kemiskinan melalui pencegahan kecacatan yang berdampak pada ekonomi keluarga, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui penguatan layanan dan kewaspadaan penyakit tropis terabaikan, SDG 4: Pendidikan Berkualitas dengan adanya riset ilmiah, serta SDG 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kolaborasi institusi pendidikan, rumah sakit, dan jejaring riset dalam dan luar negeri. (Kontributor: dr. Tuntas Rayinda, M.Sc., Sp.D.V.E, Ph.D).



