FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) melalui Pusat Kajian Kesehatan Anak (PKKA-PRO) menyelenggarakan Site Monitoring Visit (SMV) Studi EPICOST-Dengue di Palembang. Kegiatan ini berlangsung pada 6–8 Juli 2025 dan berlokasi di dua rumah sakit utama, yaitu RS Bhayangkara dan RS Muhammadiyah. Monitoring ini dilakukan sebagai bagian dari tahun kedua penelitian EPICOST-Dengue yang bertujuan memperkirakan beban penyakit dan biaya langsung penanganan demam dengue di Indonesia.
Demam dengue masih menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat, terutama di kawasan tropis seperti Indonesia. Lonjakan kasus dengue yang terjadi pada tahun 2024 menandai perlunya pendekatan pengendalian yang lebih efektif. Dalam konteks ini, Studi EPICOST-Dengue diharapkan mampu memberikan data ilmiah yang valid untuk mendukung kebijakan nasional, khususnya terkait program vaksinasi dengue dan strategi penanganan penyakit menular.
Monitoring oleh tim FK-KMK UGM melibatkan sejumlah aktivitas, termasuk verifikasi kelengkapan dokumen penelitian, pengecekan data sumber, observasi fasilitas laboratorium, dan diskusi dengan tim peneliti rumah sakit serta pihak-pihak terkait. Kegiatan ini dipimpin oleh kolaborasi lintas institusi yang terdiri dari Prof. dr. Jarir At Thobari, D.Pharm., Ph.D, Dr. A. W. Erlin Mulyadi, S.Sos., M.PA, dr. Tania Prima Auladina, Apt. Sarah Ulfa, MPH, Apt. Greggorius Gena Maran, M.S., dan Septi Ari Wahyuni, S.Ak. Tim juga bersinergi dengan peneliti rumah sakit dan Laboratorium Prodia untuk memastikan standar protokol dan etika penelitian terpenuhi.
Dalam proses monitoring, tim menemukan bahwa kegiatan penelitian telah berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan. Meski demikian, terdapat beberapa temuan minor terkait kelengkapan dokumentasi yang akan segera ditindaklanjuti. Validitas dan reliabilitas data tetap menjadi prioritas utama demi menghasilkan analisis efektivitas biaya yang bermanfaat dalam pengembangan program vaksinasi dengue ke depan.
Kegiatan ini tidak hanya berperan penting dalam pengendalian penyakit menular, tetapi juga menjadi wujud kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Studi ini mendukung SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui peningkatan upaya pengendalian DBD; SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui pelatihan dan penguatan kapasitas peneliti lokal; SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui peningkatan fasilitas laboratorium; serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kolaborasi aktif antara universitas, rumah sakit, dan laboratorium diagnostik. Penelitian ini menunjukkan bagaimana kerja sama lintas sektor dapat mendorong transformasi sistem kesehatan nasional menuju arah yang lebih tangguh dan responsif. (Kontributor: Dhimas Sholikhul Huda).