FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) turut mengambil bagian dalam penetapan Kota Yogyakarta sebagai kota pertama di Indonesia untuk implementasi program penguatan penanganan kanker payudara tingkat kota. Program ini merupakan hasil kerja sama FK-KMK UGM bersama Kementerian Kesehatan RI, City Cancer Challenge (C/Can), dan Roche Indonesia. Inisiatif ini bertujuan merancang rencana manajemen kanker payudara yang komprehensif dan berbasis data secara nasional, selaras dengan kerangka kerja WHO Global Breast Cancer Initiative (GBCI) dan visi bersama: membangun sistem kesehatan yang tangguh, adil, berpusat pada pasien, dan memberikan dampak bagi perempuan yang hidup dengan kanker payudara di seluruh Indonesia.
Selain FK-KMK UGM, C/Can, Kemenkes RI, dan Roche Indonesia, kolaborasi ini juga melibatkan jaringan pemangku kepentingan lainnya, yaitu RS Kanker Dharmais dan RSUP Dr. Sardjito. Para mitra akan menggunakan metodologi dari C/Can untuk melakukan penilaian kebutuhan, membentuk kelompok kerja teknis, dan menyusun Rencana Aksi Kanker Payudara Kota Yogyakarta yang sejalan dengan strategi nasional.
Melalui program ini, Yogyakarta akan dibekali alat untuk mengidentifikasi kesenjangan sistem kesehatan, memperkuat koordinasi antar lembaga, serta menetapkan tindakan prioritas yang dapat diterapkan dan dikembangkan di kota lain. Program ini juga menekankan pembangunan kapasitas jangka panjang melalui pelatihan tim lokal, penguatan koordinasi, serta pembentukan struktur teknis yang memungkinkan peningkatan layanan navigasi pasien, diagnosis, dan terapi. Dengan dimulainya inisiatif ini di Yogyakarta, pemerintah menargetkan peningkatan akses dan kualitas layanan kanker payudara bagi perempuan di seluruh Indonesia.
Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH, mengatakan bahwa implementasi program di Yogyakarta menunjukkan upaya perbaikan sistem yang nyata pada penanganan kanker nasional dengan melibatkan sinergi kota, lembaga akademik, dan Kementerian Kesehatan RI. “Di UGM, kami percaya kolaborasi yang digerakkan secara lokal dan berbasis data sangat penting untuk memastikan bahwa setiap perempuan menerima perawatan kanker payudara yang tepat waktu, adil, dan berkualitas tinggi,” kata Prof. Yodi, mengutip citycancerchallenge.org,
Sementara itu, Regional Director of C/Can for Asia, Chika Kitajima, menjelaskan bahwa kolaborasi ini mencerminkan peran C/Can sebagai mitra tepercaya untuk membantu memberikan solusi praktis bagi pemerintah dan kota dalam penguatan sistem penanganan kanker. Dengan menggabungkan model program yang disusun oleh C/Can dengan prioritas kesehatan nasional Indonesia, program ini akan membantu membangun rekam jejak kontribusi pemerintah lokal dan kemitraan global dalam mempercepat kemajuan penanganan kanker.
“C/Can berupaya menyertakan keahlian global dengan tetap menghormati nilai-nilai lokal, untuk membantu kebutuhan manajemen kanker payudara. Kami berupaya membantu memperkuat sistem yang memungkinkan peningkatan penanganan kanker dalam jangka panjang,” ujar Chika.
President Director PT Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, mengungkapkan bahwa inisiatif bersama ini merupakan bukti komitmen Roche untuk bermitra dengan para pemangku kepentingan demi memperkuat sistem perawatan kesehatan, sehingga pasien dapat memperoleh manfaat dari inovasi di masa depan. “Kami berharap, model untuk perawatan kanker payudara yang komprehensif, yang mengintegrasikan pendekatan berbasis data, akan diadopsi oleh pemerintah dan diskalakan secara nasional untuk hasil kanker payudara yang lebih baik di seluruh Indonesia,” ujar Sanaa.
Keterlibatan FK-KMK UGM dalam penetapan Kota Yogyakarta sebagai kota percontohan program nasional penguatan penanganan kanker payudara di Indonesia turut mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera; SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur; dan SDG 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan. Melalui kemitraan global, program ini mendorong peningkatan kapasitas, inovasi, dan akses yang terjangkau dalam penanganan kanker payudara secara lokal, nasional, maupun internasional. (Penulis: Citra/Humas).




