FK-KMK UGM. Sistem Kesehatan Akademik (AHS) UGM menyelenggarakan Workshop Monitoring Evaluasi Jejaring Pendidikan, Pemrosesan Perjanjian Kerja Sama dengan RSA UGM sebagai RS Pendidikan Utama, dan Rencana Strategis Sistem Kesehatan Akademik (AHS) 2025-2029 antara FK-KMK UGM dengan Rumah Sakit Pendidikan Jejaring AHS UGM, pada Kamis (4/12). Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring dan evaluasi Sistem Kesehatan Akademik (AHS) dengan menyesuaikan pada amanat Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2024. Bertempat di Ruang Auditorium Garden Room, Hotel Eastparc, kegiatan ini dihadiri sebanyak 70 peserta yang terdiri dari perwakilan prodi di FK-KMK, perwakilan rumah sakit mitra jejaring AHS, perwakilan Dinas Kesehatan Yogyakarta.
Kegiatan ini dibuka oleh Dr. dr. Sudadi, Sp.An-TI., Subsp,N.An(K)., Subsp.An.R(K) selaku Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni, dan Pengabdian Kepada Masyarakat FK-KMK. Dalam sambutannya, dr. Sudadi menyampaikan bahwa, kegiatan ini penting untuk menjalin relasi dan jejaring pendapat untuk dapat mensukseskan rencana strategis di masa yang akan datang. dr. Sudadi berharap dalam forum ini dapat menjadi ruang bertukar gagasan terkait peranan rumah sakit dan fakultas dalam menyelaraskan sistem penilaian peserta didik.
“Dalam forum ini kita akan mendapatkan pemaparan untuk dapat mengetahui bagaimana mobilisasi peserta diri dalam menyukseskan kebutuhan Academic Health System (AHS) dalam memenuhi tenaga medis dalam pelayanan kesehatan,” kata dr. Sudadi.
Kemudian, sosialisasi diberikan oleh dr. Danny Pratama Kuswadi, Sp.PD-KGH selaku perwakilan dari RSUP Dr. Sardjito yang pada kesempatan ini membahas tentang Sistem Informasi Pendidikan Jejaring RSUP Dr. Sardjito (SIPAJERO). Dalam kesempatan ini, dr. Danny menegaskan pentingnya sebuah sistem pendidikan kesehatan yang mengintegrasikan antara universitas dan rumah sakit sebagai tolak ukur capaian Academic Health System (AHS).
“Adanya sistem AHS yang kian terintegrasi dapat memudahkan seluruh civitas akademika lebih produktif dalam menjalankan segala komponen pendidikan kedokteran yang diantaranya, evaluasi akademik, konseling akademik, penempatan stase, penilaian 360 derajat kinerja, dan input publikasi,” kata dr. Danny
Selanjutnya, penjelasan ini diperjelas oleh dr. Haryo Bismantoro, MPH selaku Koordinator Sistem Kesehatan Akademik Wilayah IV melalui presentasi Rencana Strategis Sistem Kesehatan Akademik 2025-2029. dr, Haryo menjelaskan pentingnya integrasi dan kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang siap memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu, dr. Haryo menegaskan rencana strategis sistem kesehatan akademik ini bisa mengalami perubahan dan penyesuaian dengan menyesuaikan tantangan dan dinamika yang terjadi.
“Rencana Strategis Sistem Kesehatan Akademik 2025-2029 ini kami tekankan komitmen untuk menciptakan SDM yang lebih adaptif dan inovatif dalam dunia profesional, serta dalam sistem ini kami memprioritaskan isu menua sehat, kesehatan ibu dan anak, tanggap kedaruratan, dan kepariwisataan kesehatan,” kata dr. Haryo.
Setelahnya, forum berlanjut pada diskusi yang menyediakan ruang waktu pada mitra rumah sakit untuk berbagi perspektif dan kebutuhan penunjang pelayanan kesehatan. Pada kesempatan ini diskusi dipandu oleh Sri Nenggih Wahyuni, S.I.P., M.A selaku perwakilan manajemen Rumah Sakit Akademik UGM. Diskus ini menghadirkan kesimpulan berupa, masukan dan saran rumah sakit jejaring AHS, kebutuhan keterlibatan jejaring AHS pada isu kesehatan daerah, dampak positif sistem kesehatan akademik, dan wacana prioritas peningkatan sistem.
“Kami ucapkan apresiasi kepada seluruh jejaring AHS yang telah hadir dan menyuarakan kebutuhan dan masukan di setiap daerah. Kami berharap diskusi ini dapat menjadi titik awal untuk integrasi sistem akademik kesehatan yang berkualitas,”.
Diskusi kemudian berlanjut secara spesifik pada isu prioritas AHS UGM. Pertama, isu tanggap kedaruratan yang disampaikan oleh Sutono, S,Kp., M.Sc., M.Kep selau Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Emergensi. Pada pemantik diskusi ini Sutono membahas pentingnya manajerial rumah sakit untuk menyediakan pelatihan dan pemenuhan standar kegawatdaruratan medis khususnya pada bencana. Kedua, isu kesehatan ibu dan anak yang disampaikan oleh Dr. dr. Shita Prawitasari, M.Kes., Sp.OG selaku dokter klinis RSUP Dr. Sardjito menjelaskan penting kolaborasi dengan banyak pihak untuk mengukur efektivitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, dr. Fitriana menekankan pentingnya komitmen bersama untuk mengurangi angka stunting dan kematian ibu hasil di wilayah AHS UGM.
Ketiga, isu tentang menua sehat yang disampaikan oleh dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC., Ph.D., Sp.KKLP., Subsp. FOMC selaku dokter keluarga Klinik Korpagama. dr. Fitriana menyampaikan pentingnya pelayanan variatif dengan menentukan prioritas implementasi pelayanan paliatif. dr. Fitriana menegaskan dalam menghadapi isu menua sehat perlu adanya kolaborasi lintas pihak dan komunitas untuk memberikan edukasi kesehatan yang berorientasi pada fokus pendampingan. Keempat, isu kepariwisataan kesehatan yang disampaikan oleh dr. Luthfi Hidayat, Sp.OT., Subsp.PL(K) selaku perwakilan dari Kolegium Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia.
dr. Luthi menjelaskan bahwa, kepariwisataan kesehatan merupakan isu regional yang menyesuaikan pada lokasi AHS UGM di Yogyakarta. dr. Luthfi menegaskan kepariwisataan kesehatan ini merupakan konsep dan paradigma baru untuk menunjukan kampanye keunggulan pelayanan kesehatan di Yogyakarta. Selain itu, untuk dapat menjalankan isu ini dalam AHS UGM, dr. Luthfi menganjurkan kepada peserta forum untuk pentingnya memenuhi standar sertifikasi penunjang dari Kemenkes untuk menjalankan sistem.
Kegiatan ini turut mendukung komitmen pada Sustainable Development Goals (SDGs). Diantaranya, integrasi antara SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui penguatan Academic Health System (AHS) sebagai dasar utama keberlanjutan kualitas pendidikan kedokteran; integrasi antara SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dengan komitmen pada pertumbuhan ekonomi kesehatan dalam isu prioritas kepariwisataan kesehatan; SDG 11: Kota dan Komunitas Berkelanjutan melalui komitmen pemenuhan pelayanan kesehatan tiap daerah dan kerja sama komunitas daerah; integrasi antara SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan Tangguh dan SDG 17: Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan dengan komitmen monitoring, diskuski, dan evaluasi pelayanan AHS secara berkelanjutan untuk lebih implementatif pada peraturan yang berlaku. (Reporter/Tedy).



