FK-KMK UGM Soroti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sistem Kesehatan Global dalam Kajian Internasional

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menyelenggarakan sesi ilmiah bertajuk “Establishing the Impact of Climate Change on Health Systems: Empirical Application Across High and Low Income Countries” pada Rabu, 23 Juli 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari forum akademik internasional yang membahas secara mendalam keterkaitan antara perubahan iklim dan sistem pelayanan kesehatan di berbagai belahan dunia, baik negara berpenghasilan tinggi maupun rendah.

Sesi ini menghadirkan tiga pembicara dari Heidelberg University, Jerman, dan University of Zambia, yang menyajikan temuan terbaru berbasis data dan analisis mendalam tentang dampak ekstrem cuaca terhadap layanan kesehatan masyarakat. Fokus utama sesi ini adalah pengaruh gelombang panas, banjir, serta variabilitas suhu terhadap angka rawat inap, kelahiran prematur, hingga akses layanan kesehatan ibu dan anak.

Paparan pertama disampaikan oleh Hedi Katre Kriit dari Heidelberg University, Jerman, yang mengkaji beban ekonomi dan peningkatan rawat inap darurat akibat paparan suhu panas ekstrem di Jerman. Dengan menggunakan data asuransi kesehatan dari 4,3 juta penduduk dan data suhu harian selama musim panas 2017–2022, ia mengungkap bahwa sekitar 8,4% kasus rawat inap darurat berkaitan langsung dengan suhu panas, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Beban ekonomi akibat kondisi ini ditaksir mencapai €35 juta per tahun, yang bila diekstrapolasi, menyumbang 5–6% dari total pengeluaran sistem kesehatan nasional.

Sesi berikutnya menghadirkan Hannah Lintener, juga dari University of Heidelberg, yang membahas keterkaitan antara suhu tinggi dan peningkatan risiko kelahiran prematur (preterm birth) di Jerman. Studi ini menggunakan pendekatan spasial dan temporal terhadap data kelahiran dan suhu, yang menunjukkan bahwa paparan suhu antara 15°C–29°C berkontribusi pada 144 kasus kelahiran prematur, dengan beban biaya rawat inap langsung sebesar €2,7 juta. Ia menekankan pentingnya perhatian terhadap perempuan hamil dalam kebijakan adaptasi perubahan iklim.

Sesi ditutup oleh Chris Mweemba dari University of Zambia yang menyoroti tantangan negara berkembang dalam mempertahankan layanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di tengah cuaca ekstrem. Berdasarkan data layanan kesehatan dari 2014 hingga 2022 dan data citra satelit banjir serta suhu tinggi, studi ini menunjukkan bahwa akses terhadap layanan seperti imunisasi anak dan pemeriksaan kehamilan menurun tajam selama banjir dan gelombang panas, terutama di wilayah pedesaan dan kelompok ekonomi lemah. Hal ini berdampak langsung terhadap upaya pencapaian cakupan kesehatan semesta (UHC) di negara-negara rentan.

Melalui sesi ilmiah ini, FK-KMK UGM menegaskan pentingnya sinergi riset dan kebijakan untuk meningkatkan resiliensi sistem kesehatan dalam menghadapi krisis iklim. Temuan-temuan ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, yang menekankan perlunya aksi kolektif global untuk menanggulangi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan. (Kontributor: Ratri).