FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seri webinar bertema Lean Management untuk layanan kesehatan pada bulan Agustus 2025 secara daring. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan mengenai strategi efisiensi dalam pengelolaan rumah sakit, sekaligus membangun budaya continuous improvement di fasilitas layanan kesehatan.
Webinar dibuka dengan pemaparan dari Dr. Firman, MPH yang menjelaskan konsep dasar Lean Management, peran standar kerja, serta pentingnya analisis pemborosan (waste analysis) dalam meningkatkan mutu layanan. Lean diterapkan tidak hanya untuk meraih profit, tetapi juga sebagai strategi menyelesaikan berbagai masalah di fasilitas kesehatan, seperti keterlambatan klaim, keterbatasan ruang, miskomunikasi antarstaf, serta meningkatnya beban biaya dan kekurangan SDM.
Berdasarkan praktik yang telah diterapkan, Lean Management mampu meningkatkan efektivitas layanan dan efisiensi operasional. Salah satu studi kasus di Royal Bolton Hospital menunjukkan bahwa implementasi lean mampu mengurangi waktu tunggu pasien serta meningkatkan ROI hingga 200% hanya dalam waktu empat bulan. Lean juga terbukti berdampak pada efisiensi pelayanan klinis, termasuk perawatan pasien kemoterapi dan pasca-operasi.
Dalam praktiknya, Lean berfokus pada penciptaan nilai (value) bagi pasien dan mengeliminasi segala bentuk pemborosan, seperti overproduction, waiting time, atau tindakan klinis yang tidak memberikan nilai tambah. Pelaksanaan lean dilakukan secara bertahap, mulai dari identifikasi kasus prioritas (high volume, high risk, high cost), observasi, pengumpulan data, analisis, hingga implementasi tools lean. Keberhasilan implementasi ditunjang oleh standardisasi alur kerja serta keterlibatan aktif seluruh lapisan manajemen rumah sakit.
Sesi diskusi memperkaya webinar dengan berbagai pertanyaan dari peserta. Salah satunya dari Indah Nur Fitriyana, yang menanyakan bagaimana memulai implementasi lean di tingkat instalasi. Dr. Firman menekankan pentingnya sosialisasi awal untuk membentuk mindset, meskipun langkah yang diambil kecil, tetapi dapat memberikan dampak besar jika dilakukan konsisten. Lean juga dapat menjadi budaya institusi apabila dijalankan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.
Pertanyaan lainnya datang dari dr. Andreas mengenai kaitan mutu dan keselamatan pasien (patient safety) dalam penerapan lean. Ditegaskan bahwa indikator seperti waktu tunggu dapat digunakan untuk mengukur value added ratio, sekaligus menjadi parameter mutu pelayanan. Sementara itu, peserta dari RS Elizabeth menyoroti pentingnya peran manajemen dalam menjamin keberlanjutan Lean. Inisiatif ini harus dimulai dari top management, dikendalikan middle manager, dan dilaksanakan oleh seluruh staf.
Afif Riyanto menanyakan pembentukan tim Lean. Tim ideal terdiri dari 3–5 orang, dengan anggota yang memahami peran dan tugasnya masing-masing. Seluruh tim harus mampu menyampaikan kebutuhan spesifik di area kerja mereka agar solusi yang diterapkan tepat sasaran.
Melalui kegiatan ini, FK-KMK UGM menunjukkan komitmennya dalam mendukung peningkatan efisiensi dan mutu layanan kesehatan di Indonesia. Inisiatif seperti ini juga berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Bestian Ovilia Andini).