FK-KMK UGM Perkuat Keberlanjutan Café Jamu Lokanusa Melalui Pelatihan dan Kerja Sama Komunitas

FK-KMK UGM. Pusat Kedokteran Herbal (PKH), FK-KMK UGM menunjukkan komitmennya dalam memperkuat keberlanjutan usaha berbasis komunitas. Upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan praktik dan training manajemen pengelolaan serta strategi keberlanjutan operasional Café Jamu Lokanusa yang diselenggarakan pada Kamis, 28 Agustus 2025. Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam menjaga eksistensi dan pengembangan café berbasis jamu yang telah menjadi wadah pemberdayaan masyarakat sekaligus pelestarian budaya jamu di Yogyakarta.

Kegiatan pelatihan ini menghadirkan narasumber Mas Ariskha Sholich Setiawan, seorang praktisi berpengalaman di bidang pengelolaan usaha komunitas. Dalam pemaparannya, Mas Ariskha menekankan pentingnya membangun pelayanan yang konsisten, menanamkan nilai keberlanjutan dalam setiap aspek operasional, serta memiliki roadmap atau tujuan jangka panjang agar usaha dapat berkembang secara terarah. Ia juga berbagi pengalaman lapangan tentang bagaimana usaha kecil dapat bertahan dan tumbuh melalui kolaborasi, efisiensi sumber daya, serta pemanfaatan potensi lokal.

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 18 peserta yang merupakan perwakilan dari berbagai mitra, di antaranya Kalurahan, Kelompok Wanita Tani (KWT) Majumakmur, Karang Taruna, serta pengelola Café Jamu Lokanusa. Peserta tidak hanya mendapatkan materi, tetapi juga melakukan praktik dan diskusi langsung dengan narasumber untuk mendalami strategi pengelolaan café jamu yang relevan dengan konteks sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

Momentum pelatihan ini semakin bermakna dengan dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pusat Kedokteran Herbal UGM, Kalurahan, Café Jamu Lokanusa, KWT Majumakmur, dan Karang Taruna. Proses pembahasan dan penandatanganan PKS tersebut dipandu oleh tim UGM yang diwakili oleh Pak Arko dan Prof. Mae. Kerja sama ini menandai komitmen bersama dalam mendukung keberlanjutan Café Jamu Lokanusa dari berbagai aspek, mulai dari penguatan manajerial, pemberdayaan sosial, hingga pelestarian budaya jamu lokal.

Sebagai bentuk apresiasi, pihak panitia juga memberikan kenang-kenangan kepada mitra yang telah berkontribusi sejak awal berdirinya Café Jamu Lokanusa. Momen tersebut menjadi pengingat bahwa keberlangsungan usaha berbasis komunitas hanya dapat terwujud melalui kerja sama yang solid dan dukungan lintas sektor.

Dalam diskusi interaktif, narasumber menyoroti tiga kunci utama yang harus dijaga demi keberlanjutan usaha, yaitu konsistensi pelayanan, komitmen terhadap keberlanjutan sumber daya dan tanggung jawab sosial, serta kejelasan tujuan jangka panjang. Ketiga hal tersebut diharapkan dapat menjadi panduan strategis bagi pengelola Café Jamu Lokanusa untuk terus berkembang di tengah tantangan industri dan perubahan perilaku konsumen.

Kegiatan ini sejalan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui promosi jamu sebagai bagian dari kesehatan tradisional, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui pemberdayaan ekonomi komunitas, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah lokal, dan masyarakat.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa FK-KMK UGM melalui Pusat Kedokteran Herbal tidak hanya berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga berkontribusi aktif dalam mendukung ketahanan ekonomi lokal, pelestarian budaya, serta pembangunan berkelanjutan. Café Jamu Lokanusa pun diharapkan dapat terus menjadi contoh inspiratif dari sinergi antara inovasi, kearifan lokal, dan semangat kolaborasi lintas sektor. (Kontributor: Siti Maisah Hanani).