FK-KMK UGM Lakukan Kunjungan Lapangan ke Pusat Alat Bantu Dengar Indonesia

FK-KMK UGM. Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala dan Leher (THT-BKL) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada melaksanakan kunjungan lapangan mahasiswa Program Studi S1 Kedokteran ke Pusat Alat Bantu Dengar Indonesia (ABDI) Yogyakarta pada Kamis (5/12),. Kunjungan ini merupakan bagian dari pelaksanaan modul Elective Block Tahun Ajaran 2023/2024 dengan topik “From Silence to Sound: A Deep Dive into Audiology”.

Kunjungan tersebut diikuti oleh dr. Fitria Waffi Nur Aini, Sp.T.H.T.B.K.L selaku penyusun dan penanggung jawab modul, dr. Ashadi Prasetyo, M.Sc., Sp. T.H.T.B.K.L.Subsp.N.O.(K) selaku staf pendukung, dan tujuh mahasiswa semester 7 Prodi S1 Kedokteran FK-KMK UGM.

dr. Fitria mengungkapkan, gangguan pendengaran merupakan salah satu masalah kesehatan global. Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia mengalami gangguan pendengaran pada tahun 2021 dan diperkirakan akan mencapai 2,5 miliar orang pada tahun 2050. Oleh karena itu, penanganan gangguan pendengaran membutuhkan kolaborasi antara dokter spesialis THT, audiologist, dokter spesialis Patologi, dan penyedia alat bantu dengar.

“Di sini, kita akan belajar bersama melihat proses bagaimana melakukan pemeriksaan pendengaran, seperti OAE; timpanometri; audiometri; bagaimana melakukan pemasangan, pemilihan, dan fitting ABD (alat bantu dengar); bagaimana membuat earmold; dan bagaimana melakukan tinnitus masker,” kata dr. Fitria.

Materi kunjungan dibuka dengan pemaparan mengenai alat bantu dengar (ABD) oleh J. Kasa dari ABDI. Kasa mengatakan, alat bantu dengar adalah suatu alat elektroakustik yang dapat digunakan oleh individu yang mengalami fungsi gangguan pendengaran dan memiliki standar alat kesehatan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

“ABD berbeda dengan pengeras suara personal. Kalau ABD adalah perangkat medis dan ditujukan untuk orang-orang yang memiliki masalah pendengaran dan dapat diprogram, sedangkan pengeras suara personal bukan alat kesehatan dan hanya ditujukan untuk orang yang ingin mendengar lebih keras, tetapi tidak memiliki masalah pendengaran dan tidak dapat diprogram,” jelas Kasa.

Selain itu, mahasiswa Kedokteran FK-KMK UGM juga belajar mengenai kriteria pengguna ABD, dampak apabila gangguan pendengaran tidak ditangani, cara mengetahui seseorang yang mengalami gangguan pendengaran, tahapan fitting dan pemilihan ABD, macam-macam model ABD, hingga proses cetak telinga.

Setelah pemaparan materi, ketujuh mahasiswa melakukan uji coba langsung tes pendengaran audiometri dan timpanometri, dipandu oleh tim ABDI. Para mahasiswa juga berkesempatan untuk belajar langsung dari kasus nyata anak pengguna ABD yang dihadirkan oleh ABDI. Mereka belajar cara melakukan pemeriksaan in situ audiometry untuk mengetahui ambang pendengaran anak pengguna ABD saat menggunakan ABD.

Galih AF, salah satu mahasiswa semester 7 Prodi Kedokteran FK-KMK UGM yang mengikuti kunjungan, mengatakan dirinya senang karena berkesempatan untuk mencoba melakukan tes-tes pendengaran, proses pembuatan alat bantu dengar, dan pemrogramannya. “Buat ke depannya, lebih banyak mahasiswa dan masyarakat yang tertarik dengan materi audiologi ini karena materinya menarik banget, dan ini salah satu organ indra yang paling penting untuk manusia,” kata Galih.

Kunjungan lapangan mahasiswa ini menjadi salah satu bagian dari kontribusi FK-KMK UGM dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Penulis: Citra/Humas).