FK-KMK UGM. Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) kembali menghasilkan publikasi ilmiah di bidang kesehatan. Penelitian berjudul “Evaluation of Forest Honey on the Proliferation and Migration of Dermal Fibroblasts under Hyperglycemic Conditions: An In Vitro Study” ini membahas potensi madu hutan sebagai adjuvan perawatan luka diabetik melalui pendekatan eksperimental in vitro. Artikel tersebut dipublikasikan dalam jurnal Biology, Medicine, and Natural Product Chemistry, Volume 14 Nomor 2 Tahun 2025, pada halaman 951–955, dan terbit pada tahun 2025.
Penelitian ini melibatkan Prof. Denny Agustiningsih dari Departemen Fisiologi FK-KMK UGM, serta kolaborasi lintas departemen yang diwakili oleh Januar Rizqi dan Dwi Aris Agung Nugrahaningsih dari bidang keperawatan dan farmakologi. Studi ini berangkat dari meningkatnya prevalensi diabetes mellitus secara global yang berimplikasi langsung pada tingginya kasus luka kronis, khususnya luka diabetik yang sulit sembuh. Para peneliti mengevaluasi bagaimana madu hutan memengaruhi proliferasi dan migrasi fibroblas dermal, sel yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka, pada kondisi hiperglikemik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia secara signifikan menurunkan kemampuan proliferasi fibroblas dibandingkan kondisi normoglikemik. Namun demikian, pemberian madu hutan dengan konsentrasi 1,5% dan 0,75% terbukti meningkatkan jumlah sel hidup secara konsisten pada seluruh titik pengamatan dengan hasil yang signifikan secara statistik. Pada aspek migrasi sel, seluruh kelompok perlakuan madu menunjukkan kecenderungan perbaikan dibandingkan kelompok hiperglikemik tanpa perlakuan, meskipun signifikansi statistik baru mendekati batas pada pengamatan 72 jam.
Temuan ini mengindikasikan bahwa konsentrasi madu hutan yang lebih rendah relatif lebih optimal dalam mendukung fungsi fibroblas tanpa menimbulkan stres osmotik berlebih. Secara biologis, efek ini berkaitan dengan peran madu dalam menjaga keseimbangan redoks dan modulasi respons inflamasi melalui kandungan polifenol serta produksi hidrogen peroksida (H₂O₂) dalam kadar rendah. Penelitian ini memperkuat bukti bahwa madu hutan, sebagai bahan alam yang mudah diperoleh dan relatif aman, memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai terapi pendukung yang terjangkau dalam perawatan luka diabetik, terutama di negara berkembang.
Penelitian ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui peningkatan pengelolaan penyakit kronis dan komplikasinya, SDG 4: Pendidikan Berkualitas dengan adanya riset dan publikasi ilmiah. Selain itu, pemanfaatan madu hutan sebagai sumber daya lokal mendukung SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDG 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dengan mendorong inovasi berbasis bahan alam Indonesia yang berkelanjutan dan berdampak langsung bagi kesehatan masyarakat, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Wisnu Eka Wardana).




