FK-KMK UGM Ingatkan Pentingnya PHBS dan Sanitasi untuk Cegah Kecacingan di Masyarakat

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada melalui Pusat Kedokteran Tropis (PKT) menyelenggarakan podcast edukatif bertajuk TropmedTalk yang membahas isu aktual seputar kecacingan di Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan Prof. dr. E. Elsa Herdiana Murhandarwati, M.Kes., Ph.D., selaku Ketua Departemen Parasitologi FK-KMK UGM, yang menjelaskan secara mendalam tentang kondisi terkini prevalensi kecacingan dan pentingnya menjaga kebersihan diri serta lingkungan sebagai upaya pencegahan.

Dalam pemaparannya, Prof. Elsa mengungkapkan bahwa kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang nyata di Indonesia, dengan prevalensi mencapai sekitar 35%. “Artinya, dari 100 orang, ada sekitar 35 yang terinfeksi,” ujarnya. Angka tersebut bahkan dapat bervariasi dari di bawah 10% hingga mendekati 90% di beberapa wilayah tertentu. Fenomena ini sempat mencuat ke publik usai maraknya kasus kecacingan di Sukabumi, Jawa Barat, yang memicu kekhawatiran masyarakat hingga muncul tren fear of missing out (FOMO) dalam mengonsumsi obat cacing secara mandiri tanpa indikasi medis.

Menurut Prof. Elsa, perilaku tersebut bisa berdampak negatif meskipun obat cacing tergolong aman. Mengonsumsi obat cacing tanpa pengawasan medis dapat mengganggu keseimbangan flora usus, menimbulkan resistensi, dan memberikan rasa aman semu. Ia menekankan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta perbaikan sanitasi memiliki peran jauh lebih besar dalam mencegah infeksi berulang. “Kalau lingkungannya masih tercemar, reinfeksi akan terus terjadi,” jelasnya.

Prof. Elsa juga menyoroti program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) yang dijalankan pemerintah, di mana anak-anak usia sekolah mendapatkan obat cacing secara rutin satu hingga dua kali dalam setahun. Namun, keberhasilan program ini, menurutnya, sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan. Ia juga mengingatkan bahwa kecacingan tidak hanya menyerang anak-anak, tetapi juga dapat dialami orang dewasa melalui kebiasaan tidak mencuci tangan, mengonsumsi makanan yang tidak bersih, atau berjalan tanpa alas kaki.

Kecacingan, tambahnya, dapat menimbulkan dampak serius seperti sakit perut, diare, bahkan keluarnya cacing melalui mulut. Dalam kasus berat, infeksi ini bisa menyebabkan sumbatan usus, sepsis, hingga kematian. Selain itu, kecacingan berkontribusi terhadap stunting dan gizi buruk pada anak karena cacing menyerap nutrisi penting dan menghambat penyerapan makanan dalam usus.

Oleh karena itu, Prof. Elsa mengimbau masyarakat untuk tidak terjebak dalam tren FOMO obat cacing. Pencegahan yang efektif justru dimulai dari hal-hal sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun, memakai alas kaki, menggunakan jamban yang layak, dan menjaga kebersihan lingkungan. “Kecacingan adalah masalah komunitas, bukan hanya individu. Upayanya harus kolektif, dimulai dari rumah dan diperkuat di lingkungan sekitar,” tegasnya.

Kegiatan edukatif ini sejalan dengan komitmen FK-KMK UGM dalam mendukung SDGs, khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera dengan mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui pencegahan penyakit tropis terabaikan, SDG 4: Pendidikan Berkualitas karena mengedepankan pendidikan kesehatan berbasis bukti dan kolaboratif antara akademisi dan masyarakat, serta SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak dengan menekankan pentingnya kebersihan dan sanitasi lingkungan.

Pesan utama yang disampaikan FK-KMK UGM melalui kegiatan TropmedTalk ini adalah bahwa pencegahan kecacingan tidak cukup hanya dengan obat, tetapi membutuhkan kesadaran kolektif dalam menjaga kebersihan dan lingkungan. Dengan langkah kecil yang konsisten, masyarakat dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari infeksi cacing, dan mendukung kesejahteraan bersama. (Kontributor: Muhammad Ali Mahrus).