FK-KMK UGM. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM menggelar diskusi online berjudul “Menjawab Tantangan untuk Harga, Produk & Daya Saing dalam Pengembangan Medical Tourism di Indonesia” pada Kamis (15/5). Acara ini bertujuan untuk mengidentifikasi solusi strategis dalam menghadapi tantangan pengembangan wisata medis di Indonesia, dengan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang kesehatan dan bisnis.
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., membuka diskusi dengan menyoroti pentingnya kolaborasi pemerintah dan institusi kesehatan dalam mengadopsi standar internasional serta mengembangkan konsep wellness tourism yang sukses seperti di Bangkok. Fokusnya pada pemilihan lokasi strategis dan inovasi layanan sebagai kunci daya tarik pasar.
Dr. Hermes Santosa dari BIMC Hospital memaparkan strategi mengelola layanan medis dengan pendekatan pasar yang tepat, memanfaatkan keunggulan fasilitas dan kualitas dokter untuk menarik pasien domestik maupun internasional. Hal ini didukung oleh regulasi yang diselaraskan dengan standar global.
Dalam aspek SDM, Dr. Ivan Rizal menekankan pentingnya investasi jangka panjang melalui pendidikan, pelatihan bahasa asing, dan peningkatan soft skill guna membangun keunggulan kompetitif Indonesia di pasar medical tourism.
Dr. Reza Purwoko menambahkan bahwa riset inovasi biomedik dan teknologi mutakhir seperti terapi sel punca dan AI dapat menjadi diferensiasi, meski tantangan regulasi masih harus diatasi. Sementara Dr. Andry Dahlan mengulas strategi Singapura sebagai contoh sukses dalam menarik wisatawan medis melalui kolaborasi riset dan layanan berkualitas.
Diskusi yang dipandu Ardantya Syahreza ini menggarisbawahi bahwa pengembangan medical tourism di Indonesia membutuhkan sinergi kuat antar pemangku kepentingan, regulasi yang mendukung, inovasi berkelanjutan, serta strategi pemasaran yang tepat. Langkah ini sejalan dengan pencapaian SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan untuk memperkuat ekosistem kesehatan nasional. (Kontributor: Bestian Ovilia Andini).