FK-KMK UGM.Pusat Kedokteran Herbal (PKH) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) kembali menyelenggarakan program pengabdian masyarakat di Desa Singosaren, Banguntapan, Bantul. Kegiatan ini memasuki tahun ketiga pelaksanaannya dan berlangsung di Lokanusa Café pada Senin (18/8/2025) dengan mengangkat tema “Tips Mencari Kolaborator dan Training serta Praktik Pemasaran Café secara Digital”.
Acara diikuti oleh perwakilan Kelompok Wanita Tani (KWT), Karang Taruna, karyawan Lokanusa, serta Lurah Singosaren. Meskipun melibatkan beberapa unsur masyarakat, fokus utama kegiatan diarahkan pada penguatan kapasitas karyawan Lokanusa Café sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan usaha berbasis komunitas di desa tersebut.
Dalam sesi pertama, Dr.rer.nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc., peneliti PKH FK-KMK UGM, menyampaikan materi bertajuk “Tips Mencari Kolaborator”. Ia menekankan pentingnya membangun strategi kolaborasi lintas sektor untuk mendukung pengembangan usaha kecil menengah (UKM) berbasis herbal dan café komunitas. Paparan tersebut sekaligus menjadi ajang sounding awal terkait rencana Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PKH FK-KMK UGM, KWT Singosaren, dan Lokanusa. Hasil dari diskusi ini adalah tercapainya komitmen bersama untuk menjadikan Lokanusa Café sebagai showroom produk jamu olahan KWT, yang diharapkan dapat memperluas akses pasar serta memperkuat identitas desa sebagai pusat inovasi herbal berbasis masyarakat.
Materi kedua disampaikan oleh Septi Setiani dari Sekar Jawi, yang mengajak peserta memahami praktik pemasaran digital café sekaligus pengolahan produk bernilai tambah. Salah satu praktik utama adalah pembuatan produk atsiri dari bunga telang, tanaman lokal dengan manfaat kesehatan dan peluang pasar yang menjanjikan. Peserta diajak mempelajari bagaimana diversifikasi produk, inovasi, serta penggunaan bahan alami lokal dapat meningkatkan daya saing sekaligus mendukung keberlanjutan usaha.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Lurah Singosaren, Joko Prayitno, yang menilai pendampingan berkelanjutan dari PKH FK-KMK UGM selama tiga tahun terakhir telah memberikan dampak nyata. Menurutnya, program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, tetapi juga mendukung pengembangan ekonomi kreatif berbasis jamu dan café komunitas. “Kolaborasi ini sejalan dengan upaya pemerintah desa untuk menjadikan Singosaren sebagai sentra inovasi berbasis herbal dan UMKM. Kehadiran akademisi yang bersinergi dengan masyarakat dan pelaku usaha lokal memberikan dampak berkelanjutan yang kami harapkan,” ungkapnya.
Program pengabdian masyarakat ini juga berkontribusi langsung pada SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat tercermin melalui pemanfaatan produk herbal, pemberdayaan perempuan diwujudkan dengan keterlibatan aktif KWT, pertumbuhan ekonomi lokal yang layak didorong melalui inovasi UMKM berbasis jamu, dan konsumsi serta produksi bertanggung jawab ditunjukkan dengan penggunaan bahan alami yang ramah lingkungan.
Selain itu, kegiatan ini menjadi wujud nyata dari SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, melalui sinergi antara universitas, komunitas, dan pelaku usaha dalam membangun keberlanjutan ekonomi berbasis masyarakat. Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan Pusat Kedokteran Herbal FK-KMK UGM di Desa Singosaren kembali membuktikan pentingnya sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pelaku usaha lokal. Melalui penguatan kapasitas karyawan café, dukungan pada inovasi produk herbal, serta digitalisasi pemasaran, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan daya saing desa tetapi juga berkontribusi nyata pada pembangunan berkelanjutan. (Kontributor: Siti Maisah Hanani).




