FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan penelitian untuk mengevaluasi implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) melalui pendekatan analisis sisa makanan. Kegiatan ini dilaksanakan di SPPG Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan berlangsung mulai April hingga September 2025 sebagai bagian dari kontribusi akademik UGM dalam mendukung efektivitas program kebijakan pangan berbasis sekolah.
Program Makan Bergizi Gratis sejauh ini lebih sering dievaluasi berdasarkan jumlah porsi makanan yang berhasil tersalurkan. Namun, tim peneliti FK-KMK UGM mencoba melihat dari sudut berbeda, yaitu dengan mempelajari makanan yang tersisa di piring anak-anak. Pendekatan ini dinilai memberikan data pembelajaran yang lebih akurat mengenai penerimaan menu, pola konsumsi, serta efektivitas implementasi program MBG dalam konteks nyata.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dengan latar belakang keilmuan gizi dan kesehatan masyarakat. Tim terdiri dari Dyah Nuraini Sholikhah, alumni S1 Gizi dan Profesi Dietisien UGM; Muhammad Ilham Gibran, alumni S1 Gizi yang kini menempuh jalur fast-track Magister Ilmu Biomedik dan Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan; serta Dinar Annasta Naja Mayra, alumni S1 Gizi yang saat ini melanjutkan studi di Program Magister Kesehatan Masyarakat UGM. Hasil pembelajaran ini kemudian dipresentasikan dalam UGM 15th Public Health Symposium dan berhasil meraih penghargaan sebagai 1st Best Presenter dari hampir 100 presentasi.
Selama penelitian berlangsung, tim melakukan proses pemantauan sisa makanan dengan memilah, menimbang menggunakan timbangan digital, serta mencatat data harian dalam lembar monitoring. Selain itu, alur produksi dapur diamati secara langsung, serta dilakukan wawancara dengan berbagai pihak terkait, mulai dari ahli gizi, juru masak, pengelola unit, hingga masyarakat pengelola ternak yang terlibat dalam pemanfaatan limbah.
Temuan menunjukkan bahwa sayuran menjadi komponen makanan dengan sisa tertinggi yaitu sekitar 20,6 hingga 29,5 persen. Sementara itu, makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan buah hanya menyisakan persentase yang jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa variasi menu sayuran masih perlu ditingkatkan dan perlu ada penyesuaian menu berdasarkan kelompok usia anak agar konsumsi lebih optimal.
Selain itu, penelitian menemukan bahwa SPPG Sentolo telah menerapkan sistem circular food system berbasis komunitas. Seluruh sisa makanan tidak dibuang, tetapi dimanfaatkan kembali sebagai pakan kolam lele dan unggas milik warga. Model ini tidak hanya mengurangi limbah makanan, tetapi juga meningkatkan keterlibatan masyarakat, membangun rasa kepemilikan, serta memperkuat hubungan antara sekolah, penyedia layanan, dan komunitas.
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa sisa makanan dapat menjadi indikator sederhana namun efektif dalam mengukur keberhasilan program menu sehat, sekaligus sebagai alat refleksi untuk perbaikan implementasi Program MBG ke depan. Penelitian ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama melalui penguatan ketahanan pangan untuk mencapai SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, penerapan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab sejalan dengan SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Riset yang dilakukan tim FK-KMK UGM ini memberikan kontribusi berharga bagi penyempurnaan Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia. Pendekatan berbasis analisis sisa makanan terbukti mampu memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai pola konsumsi sekaligus membuka ruang perbaikan dalam penyediaan menu yang lebih adaptif, berkelanjutan, dan diterima oleh anak-anak. Dengan inovasi ini, Program MBG berpotensi berkembang menjadi kebijakan yang tidak hanya bergizi dan layak konsumsi, tetapi juga ramah lingkungan, terukur, dan berbasis bukti ilmiah. (Kontributor: Muhammad Ilham Gibran).




