FK-KMK UGM Dampingi RSD Kompetisi Tinggi Susun Renstra Adaptif dan Efisien

FK-KMK UGM. Pelatihan penyusunan rencana strategis (renstra) bagi Rumah Sakit Daerah (RSD) di wilayah kompetisi tinggi kembali digelar oleh tim ahli dari Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) pada Jumat (02/05). Kegiatan yang berlangsung secara daring ini difokuskan pada penyusunan dua bab awal renstra dan diikuti oleh berbagai perwakilan rumah sakit daerah dari kota-kota besar di Indonesia.

Ni Luh Putu Eka Putri Andayani, S.KM., M.Kes., selaku Master of Trainer, membuka pelatihan dengan memperkenalkan template penyusunan renstra berbasis dokumen renstra BLUD dari Kemendagri, yang telah disesuaikan untuk konteks rumah sakit daerah. Fokus pelatihan kali ini adalah pembahasan Bab 1 dan Bab 2 dalam struktur renstra, yaitu mengenai latar belakang dan gambaran umum rumah sakit. Strategi penyampaian bertahap ini dirancang agar peserta dari setiap rumah sakit dapat lebih memahami isi dokumen secara mendalam dan efisien dalam penyusunannya.

Salah satu pembicara utama, Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. dari FK-KMK UGM menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh RSD di kota besar, yang kini berada dalam wilayah persaingan tinggi. Ia menyebut adanya wacana transformasi istilah RSD menjadi RSUD Taraf Internasional sebagai indikasi perlunya peningkatan mutu pelayanan secara signifikan. Rumah sakit di kawasan ini tidak hanya dituntut untuk memberikan layanan optimal kepada pasien BPJS, tetapi juga harus mampu menarik pasien dari kalangan menengah ke atas, termasuk mereka yang selama ini memilih berobat ke luar negeri.

Sementara itu, Drs. Widartoyo, Ak., MM., M.Si., CPA., CA., perwakilan ARSADA, menekankan bahwa rumah sakit dengan kompetisi tinggi umumnya menghadapi ketimpangan antara demand dan supply. Persaingan ketat dengan rumah sakit swasta menuntut manajemen rumah sakit untuk memiliki perencanaan strategis yang matang, realistis, dan berbasis pada visi misi masing-masing institusi. Ia menambahkan bahwa dalam menyusun renstra, rumah sakit perlu melakukan analisis mendalam terhadap konteks sosial-ekonomi daerah serta memetakan segmen pasien berdasarkan kelas layanan yang berbeda, sebagaimana dicontohkan oleh RSUD Dr. Soetomo yang memiliki segmentasi pelayanan berdasarkan kelas sosial.

Materi lanjutan disampaikan oleh dr. Theryoto, M.Kes., Sp.OK., MARS., yang membahas Modul 2 tentang diagnosis organisasi. Ia menegaskan pentingnya penggunaan data dan bukti dalam analisis faktor eksternal—seperti perubahan politik, ekonomi, sosial-demografi, teknologi, dan kompetisi yang semuanya dapat memengaruhi arah kebijakan rumah sakit. Selain itu, diagnosis internal pun tak kalah penting, mencakup aktivitas pelayanan, kualitas SDM, budaya organisasi, sistem informasi, serta kondisi keuangan rumah sakit.

Pelatihan ini diharapkan tidak hanya menghasilkan dokumen renstra yang adaptif dan aplikatif, tetapi juga membangun kapasitas manajerial rumah sakit dalam merespons perubahan lingkungan secara cepat dan tepat. Upaya ini sekaligus menjadi kontribusi nyata dalam mendorong tercapainya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 9: Infrastruktur dan Inovasi untuk Pembangunan Berkelanjutan, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui sinergi antara akademisi, pemerintah daerah, dan pengelola rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia. (Kontributor: Firda Alya).