Site icon FK-KMK UGM

FK-KMK UGM Dampingi FKIK UMY dalam Pembentukan Program Studi Dokter Spesialis

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menerima kunjungan studi banding dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam rangka pembahasan lanjutan perjanjian kerja sama (PKS) untuk pendampingan pembentukan dan pembinaan program pendidikan dokter spesialis. Pertemuan ini berlangsung di Ruang Rapat 1.2 Gedung Pusat KPTU FK-KMK UGM pada Rabu (14/5). Pertemuan ini menyelaraskan strategi dalam pembukaan tiga program studi yang akan diajukan oleh FKIK UMY, yaitu Program Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Bedah, serta Anestesiologi.

Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dr. dr. Sudadi Sp.An., KNA., KAR. menyampaikan pentingnya percepatan proses pembentukan program studi, namun tetap mengedepankan kesiapan dan prinsip kehati-hatian. Ia menekankan bahwa koordinasi lebih dalam dengan para Ketua Program Studi (KPS) terkait sangat diperlukan.

“Kita perlu meninjau secara spesifik kesiapan setiap prodi. Apakah perjanjian kerja sama ini akan dibuat dalam satu payung besar atau justru per prodi. Karena masing-masing memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda,” dr. Sudadi.

Prof. Faris Al Fadhat, M.A., Ph.D. Wakil Rektor bidang Pengembangan Universitas dan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan mengapresiasi keterbukaan FK-KMK UGM dalam memberikan dukungan pendampingan. Ia menyatakan kesiapan pihak UMY untuk menyesuaikan segala mekanisme yang dibutuhkan dalam kerja sama ini, baik di tingkat fakultas maupun program studi. “Kami menyadari masih banyak kekurangan, terutama dalam hal SDM, suasana akademik, dan kurikulum. Namun kami siap menindaklanjuti hasil identifikasi tiap prodi agar persiapan bisa dilakukan secara bertahap,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Dekan FKIK UMY, Dr. dr. Sri Sundari, M. Kes menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani sebelumnya. Rencana pendampingan akan diformulasikan dalam perjanjian yang spesifik untuk setiap program studi, mengingat karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda.

“Selain tiga prodi yang telah diajukan, kami juga sudah mulai membuka ruang diskusi dengan Prodi Neurologi. Bahkan progresnya sudah lebih maju” terang dr. Sundari.

Diskusi dibagi menjadi tiga kelompok, disesuaikan dengan program studi masing-masing. Setiap kelompok mengidentifikasi berbagai hal untuk ditindaklanjuti. Pada sesi ini, dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan menekankan bahwa pembentukan program studi spesialis bukan hanya persoalan administratif, tetapi memerlukan pendampingan intensif dalam pengembangan kurikulum, penguatan suasana akademik, serta pemenuhan SDM.

“Kita harus menyusun timeline yang jelas, terutama dalam aspek penyediaan tenaga pengajar, karena ini menjadi indikator penting dalam pembukaan prodi,” tutur dr. Hamim.

Studi banding ini merupakan bagian dari upaya bersama dalam memperluas akses pendidikan dokter spesialis di Indonesia melalui kolaborasi antar perguruan tinggi. Upaya ini juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera yang menekankan pentingnya tenaga kesehatan yang kompeten dan merata, SDG 4: Pendidikan Berkualitas dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Dengan kolaborasi ini, diharapkan proses pembentukan program spesialis di FKIK UMY dapat berlangsung lebih sistematis, efisien, dan tetap berorientasi pada mutu pendidikan kedokteran. FK-KMK UGM berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan pendidikan kedokteran spesialis di berbagai institusi jejaring demi menjawab kebutuhan layanan kesehatan masyarakat. (Humas/Sitam).

Exit mobile version