FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) turut serta dalam Sesi Pleno bertema “How Can Pandemic Preparedness and Response Make Health Systems More Resilient?” yang diselenggarakan pada 7–9 Juli 2025 dalam rangkaian International Leprosy Congress (ILC) 2025 di Bali Nusa Dua Convention Center. Sesi ini menjadi ruang diskusi strategis lintas negara untuk merefleksikan pembelajaran dari masa pandemi serta membahas langkah konkret dalam memperkuat sistem kesehatan global.
Dipandu oleh Dr. Nima Asgari dari APO Health Systems and Policies, sesi ini menyuguhkan pandangan para pemimpin sektor kesehatan dari berbagai negara. Prof. Dr. Md Sayedur Rahman dari Bangladesh menekankan bahwa sistem kesehatan tidak boleh sekadar reaktif terhadap disrupsi, tetapi harus dibangun berdasarkan akar sosial dan determinan kesehatan masyarakat agar mampu bertahan dalam jangka panjang.
Dr. Gina Samaan dari WHO Regional Office for the Western Pacific menjelaskan bahwa penguatan regulasi internasional, seperti International Health Regulation (IHR) dan Pandemic Agreement, menjadi landasan penting untuk meningkatkan kesiapan kawasan dalam menghadapi krisis. Ia menyoroti perlunya sistem surveillance, model prediksi, serta penguatan rantai suplai kesehatan di tingkat regional.
Pengalaman Mongolia yang disampaikan Dr. Battur Lkhagvaa menegaskan pentingnya integrasi tata kelola dan fungsi kesehatan masyarakat untuk menghindari fragmentasi sistem. Sementara itu, Berry Ropa dari Papua Nugini menekankan perlunya pendekatan OneHealth dalam pelatihan lintas sektor, termasuk kolaborasi sipil-militer untuk respons darurat.
Prof. Ren Minghui dari Peking University mengidentifikasi sejumlah tantangan pada layanan primer, seperti minimnya gatekeeping, ketimpangan insentif bagi tenaga kesehatan, serta kurangnya mekanisme keterlibatan otoritas lokal. Ia mendorong reformasi struktural demi sistem yang lebih terintegrasi.
Dr. Seung Sun Kim dari Korea Disease Control Agency menutup sesi dengan menyoroti peran krusial digitalisasi. Korea mengembangkan OneHealth Big Data dengan memanfaatkan data lintas sektor—termasuk asuransi sosial dan CCTV—untuk menciptakan analisis prediktif dan kecerdasan buatan dalam deteksi dini penyakit menular seperti tuberkulosis dan penyakit akibat vektor.
Keterlibatan FK-KMK UGM dalam sesi ini menunjukkan komitmen institusi terhadap penguatan sistem kesehatan nasional dan global yang tangguh dan berkelanjutan. Upaya tersebut selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), terutama SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kolaborasi riset dan pertukaran pengetahuan lintas negara. (Kontributor: Shita Dewi).