FK-KMK UGM Bahas Ketimpangan Akses Vaksin dan Strategi Regional dalam Sesi Paralel

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menyelenggarakan sesi paralel bertajuk Strengthened Regional Vaccine Manufacturing and Regulation sebagai bagian dari rangkaian pertemuan internasional yang berlangsung pada Selasa (9/07). Kegiatan ini menjadi wadah diskusi strategis yang mempertemukan pemangku kebijakan, praktisi kesehatan, serta mitra pembangunan regional untuk membahas ketimpangan akses vaksin dan pentingnya memperkuat manufaktur serta regulasi vaksin di kawasan Asia.

Sesi ini dibuka oleh Dr. Dinesh Arora dari Asian Development Bank (ADB) yang menekankan bahwa tantangan vaksinasi tidak hanya berasal dari sisi pasokan, tetapi juga permintaan. Masalah vaccine hesitancy dan rendahnya literasi digital menjadi hambatan yang harus diatasi dengan pendekatan multisektor dan intervensi sistemik.

Beberapa pembicara kunci turut membagikan perspektifnya. Hani Kim dari Right Foundation menggarisbawahi pentingnya membangun keadilan akses sejak dari hulu, dengan mendorong produksi vaksin oleh negara serta perencanaan berbasis data kependudukan. Syed Ahmed dari Techinvention menambahkan bahwa vaksin juga harus dilihat dari sisi hewan dan manusia, dengan memperhitungkan efektivitas biaya serta aspek lingkungan.

Dari sisi penguatan kapasitas nasional, Muhammad Salman dari National Institute of Health, Pakistan, menyampaikan pembelajaran dari negaranya dalam membangun produksi vaksin domestik pasca pandemi. Sementara itu, Dr. Matthias Helble dari WHO dan Dr. Kavita Singh dari DNDi menekankan pentingnya regulasi harmonis serta inisiatif riset yang relevan dan berbasis open science.

Pendekatan berbasis teknologi juga menjadi sorotan dalam sesi ini. Dr. Sarabjeet Chaddha dari FIND menyampaikan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dapat memprediksi permintaan vaksin secara lebih akurat dan efisien. Penutupan sesi disampaikan oleh Sofia Shakil dari ADB, yang menegaskan bahwa ketahanan kesehatan kawasan bergantung pada sistem kesehatan yang terbuka, transparan, dan inklusif.

Sesi ini menegaskan bahwa produksi vaksin regional bukan hanya soal teknologi dan pendanaan, namun juga menyangkut tata kelola yang baik, keadilan akses, dan kolaborasi antarnegara. Upaya ini sangat relevan dengan komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Ichlasul Amalia).