FK-KMK UGM. Rabu (31/7) lalu, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengadakan monitoring dan evaluasi Hibah Akademik Pengembangan Mata Kuliah Berbasis Teknologi Informasi. Agenda tersebut diikuti oleh 36 staf dosen pemenang hibah pada tahun ajaran 2018/2019.
Salah satunya adalah Dr. dr. Sudadi, Sp.An., KNA., KAR, staf dosen Departemen Anestesi dan Reanimasi yang mengembangkan inovasi media pembelajaran “SIMPEL: Inovasi E-Learning Modul Kedokteran Emergensi.” Menurut penuturannya, “SIMPEL” merupakan aplikasi mobile phone berbasis android yang memfasilitasi kuliah, diskusi, video, modul hingga konsultasi antara dokter konsulen dengan residen.
“Dalam aplikasi ini, residen dapat mengunggah kasus yang ia temukan di rumah sakit. Harapannya, fasilitas ini akan memperkaya wawasan residen dan dapat menunjang pembelajaran,” tuturnya.
Inovasi menarik lainnya juga dilakukan oleh staf dosen dari Departemen Ilmu Bedah. Dengan mengangkat topik “Pengembangan teknologi informasi untuk Pembelajaran Laparoscopy Dasar,” Dr. dr. Adeodatus Yuda Handaya, Sp.B-KBD memanfaatkan learning management system GaMEL dalam proses pembelajaran untuk residen. Pembaharuan metode pembelajaran juga dilakukan dengan pembuatan simulation box, sebelum residen terjun langsung menangani pasien di kamar operasi.
“Ada beberapa tahapan yang harus dilewati residen sebelum mereka melakukan laparoscopy langsung ke pasien. Pertama ada online quiz untuk skrining kesiapan residen, lalu ada presentasi kasus. Apabila lolos, dilanjutkan dengan praktik simulasi laparoscopy dalam simulation box dan dinilai oleh konsulen. Dan apabila dirasa sudah layak, residen dapat melakukan laparoscopy ke pasien dengan pendampingan,” jelasnya secara runtut.
Namun, disisi lain pelaksanaan pembelajaran berbasis teknologi informasi ini tak luput dari berbagai macam kendala dan hambatan. Dokter R Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech, Sp.MK misalnya, menyebutkan mahasiswa baru PPDS hingga saat ini belum bisa mengakses GaMEL. Selain itu proses pembuatan video membutuhkan usaha yang cukup besar. Tantangan lain juga dihadapi oleh dr. Indrawarman, Sp.U saat pembuatan video modul “Supine Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). “Kami menggandeng salah satu rumah produksi di Yogyakarta, namun karena medan yang tidak mudah bagi orang non-medis, sehingga untuk pengambilan video akan kami lakukan bertahap,” ujarnya. (Alfi/Reporter)