FK-KMK UGM. Rabu (30/10) lalu, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM meluncurkan buku: “Relawan Kesehatan di Medan Bencana”, yang disusun oleh Tim Bencana Kesehatan. Buku tersebut berisi berisi catatan lapangan tim membantu korban bencana di Indonesia selama kurun waktu 15 tahun.
Kegiatan peluncuran buku ini bertujuan untuk memperkenalkan karya buku tersebut agar bisa menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa kesehatan dan masyarakat umum yang tertarik pada bidang kesehatan bencana.
Narasi buku diawali dengan kisah tim saat tsunami Aceh pada Desember 2004 hingga tsunami Selat Sunda menghantam Banten dan Lampung pada Desember 2018. Tidak hanya itu, buku yang ditulis juga mengungkapkan pengalaman pribadi salah satu anggota tim yang terlibat dalam penanganan bencana kelaparan di Kabupaten Lombok Tengah, NTB 1980, serta erupsi Merapi 1994.
Dalam momentum yang sama, FK-KMK UGM juga membuka pameran ilmiah bencana 2019 di selasar gedung Auditorium pada 30 Oktober – 1 November 2019. Kegiatan pameran diikuti oleh PMI, BPBD, MDMC, TBMM, dan Pusbankes 118 PERSI DIY.
Indonesia merupakan negeri yang terletak di wilayah cincin api dunia, dengan karakteristik geografis rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 2.277 bencana alam terjadi sejak Januari – Juli 2019. Bahkan, menjelang akhir Januari 2019, data dari Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED) dan EM-DAT (International Disaster Database) Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengurangan Risiko Bencana (United Nations Office for Disaster Risk Reduction/UNISDR) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat pertama negara dengan jumlah korban jiwa tertinggi akibat bencana alam sepanjang 2018.
Bencana geologi, mulai gempa, tsunami, erupsi gunung berapi, longsor, banjir, dan belakangan likuefaksi, merupakan peristiwa alam yang terjadi secara tak terduga dan tak mengenal waktu. Dampak yang ditimbulkan pun sangat besar, seperti hancurnya infrastruktur bangunan, rusaknya infrastruktur sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat hingga jatuhnya korban jiwa. Kehadiran bencana memang tidak bisa dicegah, akan tetapi masih mungkin untuk melakukan tindakan yang mampu mengurangi risiko akibat paparan dampaknya. Oleh karenanya, kesiapsiagaan dan upaya mitigasi bencana sangat diperlukan terutama untuk menurunkan angka cedera, hilang, dan jatuhnya korban jiwa. (Wiwin/IRO)