Faktor Sosial Ekonomi dan Ketidakadilan Masalah Stunting

FK-KMK UGM. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM bersama The Equity Initiative Program of CMB Foundation menyelenggarakan diskusi webinar dengan tema “Bagaimana Faktor Sosial Ekonomi dan Ketidaksetaraan Mempengaruhi Stunting di Indonesia”, Kamis (27/02), di ruang rapat Gedung Penelitian dan Pengembangan FK-KMK UGM.

Kesenjangan dalam bidang gizi di Indonesia masih tergolong tinggi. Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Mengutip dari International Food Policy Research Institute (2016) bahwa di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi kedua, setelah Kamboja.

Webinar ini menghadirkan narasumber Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., M.PH., Ph.D, peneliti PKMK FK-KMK UGM dan Ir. Sarah Lery Mboeik, aktivis di NTT. Juga menghadirkan Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat FK Universitas Udayana, Bali, Dr. Kadek Tresna Adhi, S.KM., M.Kes., yang memaparkan topik “Stunting dari Perspektif Urban: Pengalaman Provinsi Bali”. Selain itu menghadirkan Blandina Rosalina Bait, nutrition officer di Kantor Lapangan UNICEF di Kupang, Indonesia dan merupakan fellow The Equity Initiative.

 “Apakah masyarakat kita sudah mampu memilih bahan pangan yang tepat, murah, bergizi, sehat, dan kaya protein hewani? Kajian mengenai pemanfaatan beragam konsumsi pangan perlu dilakukan. Itulah yang menjadi tugas kita bersama”, papar Digna saat membahas topik stunting. Selain itu, juga penting untuk memenuhi kebutuhan gizi terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Bagaimana cara orangtua memberikan makanan pada anaknya juga akan memengaruhi pemenuhan gizi seimbang.

Dengan adanya webinar ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi bersama mengenai faktor sosial ekonomi dan ketidakadilan dalam masalah stunting di konteks urban dan rural, baik dalam bentuk konsep maupun praktik di lapangan. Selain itu, diperlukan sosialisasi pemahaman stunting pada berbagai lintas sektor, sehingga akan banyak lintas sektor yang dapat membantu permasalahan stunting di Indonesia. (Vania Elysia/Reporter)