FK-KMK UGM. Publikasi ilmiah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas temuan ilmiah nasional dan global. Akan tetapi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia sendiri masih terbilang rendah dalam jumlah publikasi di jurnal internasional dan jumlah publikasi yang disitasi. Oleh karena itu, pada Kamis, 2 Agustus 2018, Departemen Patologi Klinik RSUP Sardjito mengundang dr. Teguh Hargo Sasongko, Associate Professor, MD, PhD dari School of Medicine, International Medical University Malaysia untuk berbagi pengetahuan dengan para residen mengenai kunci sukses dalam menerbitkan riset-riset di jurnal internasional.
Terdapat berbagai tipe publikasi, antara lain research paper, review paper, case report, dan lain-lain. Masing-masing tipe publikasi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya clinical trials atau interventional studies merupakan publikasi yang paling dapat diandalkan untuk membuat kebijakan secara objektif, sementara systematic review menyajikan informasi secara komprehensif sehingga lebih efisien dan cenderung lebih banyak disitasi.
Pemilihan tipe publikasi perlu disesuaikan pula dengan jenis penelitian atau review yang dilakukan. “Case report tidak hanya mengusung kasus atau pasien yang unik, namun juga harus punya nilai edukasi dan mampu mengubah praktik kedokteran,” Dr. Teguh menjelaskan. Scoping review tepat digunakan untuk menjelaskan suatu topik secara luas beserta perkembangan terbarunya, sementara systematic review digunakan untuk memaparkan suatu topik secara spesifik dengan membandingkan beberapa studi sebelumnya.
Struktur dan cara penulisan juga perlu diperhatikan. Terdapat berbagai kesalahan yang terlihat sederhana namun sering dilakukan bahkan pada tingkat publikasi internasional, antara lain penulisan judul yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek, penulisan metodologi umum yang terlalu detail, dan pengulangan penulisan hasil pada bagian diskusi. Dr. Teguh juga membeberkan beberapa trik yang dapat mempermudah penulisan, seperti abstrak sebaiknya ditulis paling terakhir dan disesuaikan dengan tipe publikasi, introduction harus mampu mempersuasi pembaca bahwa penelitian yang dilakukan penting dan mampu menutup gap dengan penelitian sebelumnya, serta hasil analisis statistik yang ditulis dalam bentuk teks hanya yang signifikan saja.
Langkah akhir yang tidak kalah krusial adalah pemilihan jurnal yang tepat. Beberapa indikator yang patut dipertimbangkan adalah relevansi topik dengan cakupan jurnal, target pembaca yang ingin disasar, visibilitas dan indeks jurnal, penambahan pada nilai CV, dan durasi pemrosesan setelah pengumpulan tulisan. Mengajukan publikasi ilmiah pada jurnal yang kurang sesuai dapat memperkecil kesempatan publikasi tersebut diterima.
Salah satu kendala penulis dari Indonesia adalah keterbatasan bahasa, namun kini sudah banyak lembaga bahasa yang menawarkan jasa review tulisan ilmiah. Oleh karena itu, tidak ada lagi alasan bagi para tenaga kesehatan untuk membatasi diri dalam meneliti dan menulis guna memajukan ilmu pengetahuan. Tidak perlu pula takut bahwa penelitian yang dilakukan masih belum sempurna, justru dengan segala limitasi yang dimiliki, sebuah publikasi justru dapat menginspirasi ahli-ahli lain untuk turut meneliti. “Salah dan benar dalam dunia ilmiah itu wajar, justru dengan trial and error pengetahuan dapat maju,” ujar Dr. Teguh. (Elwina/Reporter)