Yogyakarta – Indonesian Dutch School Foundation (IDSF) yang merupakan sister foundation dari Dutch School Gynaecologic Oncology & Pelvic Surgery, University of Utrecht melalui project ”Teaching and Training in Gynecologic Oncology, Pelvic Surgery and Oncology Nursing in Indonesia” menawarkan program “Teaching and Training in Oncology Nursing and Palliative Care in Indonesia. Program training yang ditujukan bagi perawat onkologi dan perawatan paliatif ini dirancang IDSF sebagai program edukasi berkelanjutan dalam perawatan kanker utamanya kanker payudara; kanker mulut rahim dan colorectal yang merupakan diagnosa yang banyak ditemui dalam penanganan kasus kanker di Indonesia. Dengan durasi program pelatihan selama 2 tahun, diharapkan mampu mengisi kekurangan perawat onkologi di Indonesia yang mampu mendukung peran dokter dalam penanganan kanker baik secara kuratif maupun perawatan paliatif. Pelatihan diberikan oleh staf pengajar pakar perawat onkologi dari Belanda dalam bahasa Inggris melalui 6 modul pembelajaran dengan materi berbahasa Indonesia.
Selain tatap muka, peserta mendapat kesempatan e-mail coaching dan akan memperoleh sertifikat setelah berhasil lulus pelatihan, juga rekomendasi sebagai perawat onkologi. Kriteria peserta adalah perawat lulusan D3 yang berusia < 40 tahun dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun di onkologi atau 10 tahun di keperawatan umum. Ada dua tujuan utama program pelatihan edukasi berkelanjutan dalam perawatan kanker ini, yaitu patient-oriented dan hospital-oriented. Tujuan yang berorientasi pasien antara lain keselamatan pasien, peningkatan kualitas hidup pasien dan tentu saja untuk meringankan pasien terkait efek samping terapi kanker maupun intervensi krisis, sedangkan tujuan yang berorientasi rumah sakit lebih pada perbaikan manajemen risiko; pengembangan profil RS serta peningkatan kualitas pengobatan. Biaya pelatihan dengan kuota peserta yang harus dipenuhi per angkatan sebanyak 30 perawat adalan Euro 402/peserta/modul. IDSF memberikan kontribusi melalui bantuan pendidikan bagi peserta pelatihan yang masih belum bisa disampaikan nominalnya.
Informasi di atas disampaikan oleh Prof Peter Heintz –Chairman, Dutch School Gynaecologic Oncology & Pelvic Surgery, University of Utrecht sekaligus Chairman IDSF dan Michael Suryadisastra –Executive Director IDSF dalam pertemuan pada hari Senin (18/8) di Ruang Eksekutif FK UGM. Pertemuan yang dipimpin oleh Asisten Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, dr Endro Basuki, SpBS, MKes ini diselenggarakan dalam rangka diskusi mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan bagi staf perawat RSS dan RSA ikut serta dalam program pelatihan edukasi berkelanjutan dalam perawatan kanker. Dokter Endro Basuki menyampaikan bahwa program pelatihan ini sejalan dengan rencana integrasi FK UGM-RSS-RSA yang ke depan melalui program unggulan masing-masing dapat saling mendukung sehingga bisa berkembang bersama dalam Era BPJS. Diharapkan baik RSS dan RSA mengalokasikan biaya pengembangan program pendidikan pelatihan bagi staf perawat dan dokter sebagai investasi pengembangan kapasitas SDM. Prof Peter Heintz menambahkan untuk optimalisasi program pelatihan perawat maka perlu program preparasi dokter sehingga tercipta tim kerja yang solid dan equal. Dokter Nurwestu, Kepala Bidang Diklit dan Pendidikan RSA mengungkapkan kemungkinan bergabungnya perawat RSA dalam program pelatihan ini yang selanjutnya mereka mampu berperan menjadi mentor untuk transfer ilmu kepada sejawatnya melalui TOT. Namun kepastian keikutsertaan RSA akan diputuskan oleh manajemen utamanya direksi sehubungan dengan pembiayaan. Demikian halnya dengan RSS, program pelatihan bagi perawat onkologi sangat tepat bagi pengembangan SDM untuk mendukung International Cancer Center Yogyakarta. \sari