FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) merupakan satu dari tiga instansi yang memiliki laboratorium dengan standar Biosafety Level 2 (BSL-2) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, selain RSUP Dr. Sardjito dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) DIY. Laboratorium BSL-2 menjadi syarat laboratorium yang dapat digunakan untuk memeriksa sampel virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan infeksi COVID-19.
Awal bulan Maret, muncul gagasan untuk dapat melakukan pemeriksaan mandiri dalam komunitas Universitas Gadjah Mada dengan populasi yang besar, hingga opsi turut berperan dalam usaha penanganan Covid-19 di DIY. Tim Covid UGM aktif bekerja bersama-sama dengan Tim Covid Pemda untuk membantu Tim Covid Jogja. “Tujuan awalnya kita running dulu, hingga akhirnya mulai terlibat aktif untuk pemeriksaan,” jelas Dekan FK-KMK Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Ph.D., Sp.OG(K).
FK-KMK sendiri memiliki dua laboratorium BSL-2, bahkan laboratorium BSL-2(+). Laboratorium Tuberkulosis Departemen Mikrobiologi dan Laboratorium Diagnostik Yayasan Tahija/World Mosquito Program (WMP). Sejak awal April 2020 laboratorium ini telah menerima spesimen, baik dari DIY maupun luar DIY.
“Hingga 8 Mei 2020, kurang lebih 850 sampel pasien terduga Covid-19 telah diujikan,” ungkap Ketua Tim Lab. Covid FK-KMK UGM, dr. Titik Nuryastuti, M.Si., Ph.D, SpMK(K).
Dihubungi secara terpisah, Koordinator Tim Lab. Covid FK-KMK, dr. Eggi Arguni., M.Sc., Ph.D., Sp.A(K) menyampaikan dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, penegakan diagnosis menjadi kunci penting dalam rangkaian tatalaksana pasien Covid-19. Kecepatan untuk melaporkan hasil pemeriksaan sampel Covid-19 juga menjadi kunci utama yang harus terus dipegang.
Dua Laboratorium yang Mumpuni
Sebagian besar equipment atau alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Covid-19 sudah tersedia. Dua buah mesin PCR di Laboratorium Mikrobiologi dan dua buah mesin qPCR di Laboratorium WMP. “Untuk kebutuhan laboratorium dan pengadaan alat-alat seperti misalnya RNA Extraction Kit, bahan habis pakai atau PCR Kit dan lain-lain, kami mengajukan ke UGM. Namun demikian, selain dari UGM, FK-KMK juga telah menerima bantuan dari banyak pihak seperti BNPB, Badan Litbangkes, Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI, BIN (Badan Inteligen Nasional) dan Dikti”, jelas dr. Eggi.
Salah satu bantuannya berupa alat ekstraksi RNA robotik yang sangat menghemat SDM, bahkan lebih cepat dalam pelaksanaan uji sampel spesimennya. “Apabila ada 100 sampel cukup satu orang untuk preparasi, yang mana jika menggunakan alat manual membutuhkan empat orang, kemudian tinggal menunggu 90 menit selesai ekstraksi dan siap running,” jelas dr. Titik yang juga Dosen Departemen Mikrobiologi FK-KMK.
“Proses uji sampel dilakukan dalam kurun waktu satu hari, sehingga dalam waktu dua hari hasilnya kami sampaikan ke rumah sakit pemberi sampel,” lanjutnya.
dr. Titik juga menyampaikan bahwa Laboratorium Mikrobiologi menerima rata-rata 50 sampel perhari. Apabila sampel masuk hari ini maka esok hari sampel akan dikerjakan oleh laboran dari pagi hari hingga keluar hasilnya di sore hari, dilanjutkan dengan memberikan informasi secara informal ke rumah sakit pemberi sampel, esok harinya tim akan menyampaikan secara resmi hasil uji sample pasien terduga Covid-19 ke rumah sakit bersangkutan.
Tim Lab. Covid yang Unggul
“SDM yang bertugas dalam laboratorium ini merupakan staf teknisi laboratorium yang memang bertugas di Laboratorium WMP dan Mikrobiologi juga. Akan tetapi dengan kebutuhan saat ini, maka dibuka recruitment bagi teknisi laboratorium di dalam internal FK-KMK dan juga diluar FK-KMK, seperti Sekolah Vokasi dan Fakultas Farmasi. Jadi total saat ini ada 15 orang teknisi laboratorium”, ungkap dr. Eggi.
Namun demikian, SDM yang bertugas untuk memeriksa sampel Covid-19 ini juga harus diatur sedemikian rupa sehingga petugas tidak mengalami kelelahan. Selain itu juga penggunaan APD lengkap selama bertugas, dapat membuat petugas tidak nyaman sehingga waktu kerja setiap hari adalah maksimal empat jam, dengan, jadwal ideal yaitu dua shift per hari biasa dan satu shift per hari selama Bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan agar saat menangani spesimen yang sangat infeksius seperti SARSCov-2 tidak terjadi human error.
Dalam pelaksanaanya, dr. Eggi juga mengungkapkan terdapat stressor yang tinggi yang dialami, yaitu pelaporan hasil pemeriksaan spesimen Covid-19 yang harus dilakukan dalam 24 jam hingga 48 jam sejak sampel diterima. “Disatu sisi harus tetap menjaga kualitas dan keakuratan, tetapi disisi lain juga harus cepat melaporkan.” Dengan kecepatan tersebut, harapannya dapat membantu tatalaksana pasien di rumah sakit-rumah sakit rujukan yang telah mengirim spesimen.
“Saya sangat terkesan, artinya dengan segala keterbatasan justru memicu teman-teman untuk mengatur, tidak hanya mengatur fasilitas yang terbatas, tetapi juga mengatur SDM-pooling SDM dari beberapa tempat. Ini suatu efisiensi dan kerjasama yang bagus sekali untuk fokus menangani pandemi ini. Insya Allah kita akan mendapatkan banyak pelajaran dan kesempatan dengan kita turut merespon ini,” dukung Prof. Ova Emilia untuk Tim Lab. Covid.
Dekan FK-KMK berharap kedepannya Laboratorium Mikrobiologi bisa menjadi sarana penelitian yang lebih baik, bahkan menjadi produsen dari inovasi-inovasi pengobatan ataupun diagnostik di bidang kedokteran. “Kita membuat grand design laboratorium mikrobiologi menjadi cukup besar sampai ke penelitian dan dilevel universitas akan mengembangkan laboratorium BSL-3 yang dapat digunakan oleh banyak keilmuan.”
Dua laboratorium FK-KMK yang aktif digunakan untuk uji sampel spesimen pasien terduga Covid-19 ini memiliki kapasitas hingga kurang lebih 300 sample dalam satu hari. (Reporter: Vania Elysia & Dian. Foto: Dian)