DSA Modifikasi Terawan

Kemajuan teknologi dewasa ini mewujudkan berbagai hal baru termasuk dalam dunia kedokteran. Dunia radiologi intervensi tak ingin ketinggalan dalam menjawab tantangan yang ada di masyarakat. Masih segar dalam ingatan kita saat Indonesia ramai memperbincangkan perihal “cuci otak” yang kala itu dilakukan banyak pejabat negara, termasuk seorang menteri. Dibalik “cuci otak” tersebut adalah seotang putra UGM dari Fakultas Kedokteran angkatan 1983, dr. Terawan, Sp.Rad. Beliau adalah salah seorang perwira TNI yang juga adalah seorang radiologist.

Berbagai pertanyaan timbul di benak masyarakat soal “cuci otak” tesebut. Kalangan medis di Indonesia pun masih banyak yang merasa belum yakin atas metode tersebut. Fakultas Kedokteran UGM merespon kondisi ini dengan mengadakan seminar bertajuk “Kemajuan Mutakhir dan Peluang Pengembangan Radiologi Intervensi” yang diadakan sekaligus untuk memperingati Dies Natalis ke-69 FK UGM dan HUT ke-33 RSUP Dr. Sardjito. Pada tanggal 10 Maret 2015, bertempat di Auditorium FK UGM acara ini dipadati sekitar 300 peserta. Peserta berasal dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa hingga dokter spesialis konsultan.

Dalam paparannya, dr. Terawan mengungkapkan bahwa Metode DSA Modifikasi Terawan ini mudah digunakan. Teknik DSA (digital substration angiography) adalah teknik flouroskopi yang digunakan pada radiologi intervensi untuk memperoleh gambaran visual arteria dalam jaringan padat atau jaringan lunak dengan menggunakan kontras media. Melalui media presentasi yang mudah dipahami oleh peserta, dr. Terawan membagikan pengalaman dan evidence based yang beliau miliki. Diskusi setelah sesi ini pun berlangsung dengan baik. Sesi yang dimoderatori oleh dr.Sugiri ini diakhiri dengan coffee break.

Selepas coffee break, peserta disuguhi sesi 2 yang berisi intervensi radiologi untuk penyakit onkologi dengan pembicara dr. Bagaswoto Poedjomartono, Sp.Rad, M.Kes. Dalam paparannya, dr. Bagaswoto berbagi pengalaman beliau tentang interventional oncology. Metode ini sudah kerap dijalankan di RSUP. Dr. Sardjito. Metode penanganan kasus onkologi mulai dari TACI dan TACE dijabarkan secara jelas oleh beliau. Presentasi beliau dilanjutkan oleh dr. Sudharmanto, Sp.Rad dengan topik intervensi radiologi untuk kondisi non onkologi. Radiologi intervensi menurut dr. Sudharmanto tak hanya digunakan sebagai alat diagnostik, namun juga sebuah metode terapi. Penegakan diagnosis yang terus mengalami kemajuan juga telah dilakukan oleh RSUP Dr. Sardjito, salah satunya adalah ditinggalkannya metode phlebografi dan beralih menggunakan USG Doppler. Sesi 2 ini dilanjutkan dengan seminar dari dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD-KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes yang mengangkat masalah “Evaluasi dan Regulasi Teknologi kedokteran-intervensi Radiologi”. Sesi yang dimoderatori oleh de. Krishnajaya, MS ini ditutup dengan diskusi.

 Salah satu peserta, dr. Wigati, Sp.Rad mengungkapkan kesannya atas seminar ini, ”Seminar ini bagus ya, ini bisa membuka gambaran kita soal hal yang baru-baru ini menjadi kontroversi. Saya tadi bertanya soal komplikasi dan kesulitan yang dialami agar peserta lain juga memahami plus-minus metode ini. Saya berharap hal ini dapat diteliti dengan sistematis agar bisa menjadi acuan dan menjadi sebuah sumber yang terpercaya”.

Sesi terakhir lalu dimulai dengan pembicara pertama adalah Dr. dr. Ismail Setyopranoto, Sp.S(K). Beliau mengungkapkan “Patofisiologi stroke Iskemik dan Peran Trombolisis”. Menjawab soal kajian ilmiah soal tindakan radiologi ini, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, Ph.D menyuguhkan “Telaah kritis terapi Intervensi Radiologi”. Sebagai penutup dari seluruh seminar, pakar bioetika dari FK UGM, Prof. Dr. dr. Soenarto Sastrowijoto, Sp.THT(K) memberikan materi “Aspek Etika Pengembangan dan Penerapan Teknologi Baru dalam Pelayanan Kesehatan”. Sesi yang dimoderatori oleh dr. Budiono Santoso, Ph.D, Sp.FK ini berakhir sekitar pukul 16.00. (Bagas/Kontributor)